Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

03 January 2008

Pembaharuan dan Tradisi

Barangkali Misa Natal Paus Benediktus XVI tahun ini membuka sedikit gambaran apa yang terjadi dalam perayaan liturgi kepausan setelah terjadi pergantian Kepala Kantor Perayaan Liturgi Pontifikal kepad Mons. Guido Marini. Di sini akan disajikan terjemahan artikel dari sebuah koran Italia yang memberikan komentar tentang Perayaan Natal yang akan dipimpin oleh Paus Benediktus XVI.

Kebaruan Sekaligus Penerusan Tradisi Akan Menandai Liturgi Paus Natal Ini

Oleh ROMA MIMMO MUOLO

Kesinambungan dengan Tradisi dan dengan Konsili, bahasa simbol, dan di atas segalanya perhatian untuk menciptakan suasana meditasi dan doa haruslah mewarnai seluruh perayaan liturgi. Inilah kriteria utama, seperti yang dikehendaki oleh Paus Benediktus, yang dijalankan oleh Kantor Perayaan Liturgi Pontifikal dalam mempersiapkan liturgi agung untuk Natal dan untuk Paus secara umum.

Ada beberapa hal menarik yang menonjol pada tahun ini. Beberapa di antaranya adalah pada Hari Raya natal, patung Kanak-kanak Yesus akan diletakkan pada ‘tahta’ kecil yang dipakai selama Konsili Vatikan II untuk meletakkan Injil. Hal ini akan menggarisbawahi misteri Sabda yang Menjadi manusia dalam rupa Bayi dari Betlehem, yang akan dibaringkan di sana sewaktu Gloria dinyanyikan dalam Misa Natal.

Dan juga diberikan perhatian khusus untuk pakaian liturgi paus di masa ini. Pakaian itu, sebagaimana beberapa detail dalam upacara itu, dimaksudkan untuk menggarisbawai kesinambungan antara perayaan liturgi hari ini dan yang mewarnai tradisi Gereja sebelum Vatikan II. Mons. Guido Marini, pemimpin liturgi kepausan, mengatakan: “Seperti yang dikutip Paus dalam tulisannya dari Paus sebelumnya, demikian juga dalam konteks liturgi, Paus akan menggunakan pakaian dari pendahulunya untuk menunjukkan kesinambungan juga dalam lex orandi.” Dengan demikian, dalam Misa tengah malam dan Misa Epifani, Benediktus XVI akan mengenakan mitranya, namun untuk berkat Urbi et Orbi pada Hri Raya Natal, dia akan mengenakan mitra dari Paus Paulus I; untuk berkat Tahun Baru mitra yang berasal dari Benediktus XV; dan pada Pesta Pembaptisan Tuhan mitra yang dari Yohanes Paulus II. Sebagaimana yang dilakukan sejak bertugas sebagai MC liturgi di Vatikan, Mons. Marini akan menempatkan Salib di tengah Altar. [Atas beberapa alasan, Misa Novus Ordo telah menghilangkan Salib dari altar.]

Hal ini menunjukkan dengan jelas Salib sebagai pusat perayaan Ekaristi dan orientasi umat selama perayaan liturgi: sambil memandang Penyelamat yang wafat dan bangkit bagi kita. Altar juga akan diterangi dengan tujuh lilin, sebagaimana yang diatur dalam buku upacara untuk uskup, terutama untuk liturgi paus, sebagai simbol kesempurnaan – yang referensinya dapat dilihat dari Kitab Wahyu.

Dua simbol lagi merupakan hal yang biasa dijumpai dalam perayaan liturgi Natal. Pertama, penggunaan cathedra (kursi) yang lebih agung bagi Paus untuk menggarisbawahi kedudukan special Paus sebagai Wakil Kristus di dunia yang menjalankan Magisteriumnya bagi Gereja universal. Ke dua, Paus akan selalu didampingi oleh satu atau dua diakon (seperti dalam Misa tengah Malam, Te Deum pada 31 Desember, dan 13 Januari pada Misa Pembaptisan) atau oleh dua cardinal (pada Hari Raya Natal dan berkat Tahun Baru, dan pada 6 Januari) untuk menekankan presidensi liturgi Paus.

Kebaruan lain akan terlihat sesuai dengan pesta yang dirayakan. Pada Malam Natal, akan ada doa malam singkat sebelum Misa Tengah malam, dengan kidung Kalenda, suatu kidung kuno yang menunjukkan kelahiran Penyelamat dalam sejarah. Setelah peletakan Kanak-kanak yesus di atas tahta Injil, anak-anak yang mewakili semua anak di seluruh dunia akan membawa bunga yang dipersembahkan kepada Kanak-kanak Yesus. Hal ini untuk mengingatkan seruan Yesus agar semua orang hendaklah menjadi seperti anak kecil untuk masuk ke Kerajaan Allah. Pada akhir Misa, paus akan membawa Kanak-kanak Yesus dan meletakkannya di kandang Natal di lapangan St. Petrus.

Pada 31 Desember, Ibadat Sore Malam tahun Baru akan disertai dengan Eksposisi Sakramen Mahakudus, dengan nyanyian Te Deum untuk menyatakan syukur atas tahun yang berlalu dan berkat Sakramen Mahakudus. Hal ini menggarisbawahi Ekaristi sebagai pusat adorasi dalam kehidupan Gereja dan Murid-murid Tuhan, dan mendampingi awal tahun yang baru dengan berkat Tuhan.

Pada 1 Januari, Doa Umat dalam Misa Tahun Baru akan menampilkan pesan Paus untuk Hari Perdamaian sedunia. Setelah Misa, akan ada doa kepada Bunda Maria, karena 1 Januari adalah Pesta Maria Bunda Allah. Lukisan yang dipakai untuk penghormatan ini diambil dari Museum Vatikan.

Pada Pesta Pembaptisan Tuhan, 6 Januari, Credo (Aku Percaya) akan didoakan dalam bentuk pembaharuan janji pembaptisan. Dalam hal apa pun, kata Mons. Marini, “Hal yang utama dalam perayaan liturgi adalah suasana meditasi dan doa, dan juga nuansa misteri – dan karea itu, segala yang dapat mendukung hal ini akan dipakai: kata-kata, gambar, sikap, lagu, musik, hening.” Dia menggambarkannya sebagai ars celebrandi yang bertujuan membuat suasana liturgi cerah dan cemerlang. Makna sejati dan otentik partisipasi aktif dalam liturgi, katanya, adalah berpartisipasi dalam saat perayaan liturgi itu yang menciptakan kembali bagi kita sejarah keselamatan, sehingga setiap unsure liturgi haruslah mewujudkan hal ini. “Buah dari partisipasi otentik,” katanya, “adalah tumbuh dalam kesucian dan, karena itu, mengtransformasikan hidup kita dalam Kristus dan bersama Kristus.”

Avvenire, 23 decembre 2007