Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

16 June 2008

Mengenal Bapa Pendiri CDD


Dalam sebuah website, dikutip dari buku Biographical Dictionary of Christian Missions, tulisan Gerald H. Anderson, dan diterbitkan oleh Wm. B. Eerdmans Publishing Co. Grand Rapids, Michigan, 1998. Kutipan ini menyinggung juga peran Celso Costantini dalam sejarah misi di China.


Costantini, Celso
1876-1958
Roman Catholic Church
Shanghai, China


Costantini, Celso, promotor Gereja lokal pribumi dan utusan pertama tahta suci untuk China, kelahiran Italia.

Dengan jabatan Uskup Agung, Costantini tiba di china pada akhir 1922 dan segera menerapkan petunjuk yang digariskan oleh Paus Benediktus XV dalam ensiklik misinya Maximum illud (1919). Dalam Konsili Pertama China, demikian sebutannya, yang diadakan di Shanghai dari 15 Mei sampai 13 Juni 1924 dia mengumpulkan semua pimpinan misi Katolik di China, perwakilan berbagai tarekat misi, dan perwakilan klerus Chinese untuk merencanakan suatu perubahan umum Gereja Katolik di China. Dalam konsili itu mereka bersama-sama menunjukkan persoalan-persoalan mendesak, seperti keteganan antara imam pribumi dan asing, promosi terhadap klerus Chinese dan tahbisan uskup Chinese, pembentukan komisi-komisi baru untuk karya kerasulan, dan pembebasan Gereja dari pengaruh politik protektorat Perancis. Meskipun mendapatkan penolakan dari beberapa uskup asing, usaha Costantini yang tegas selama tiga belas tahun tugasnya di Chinas membuahkan hasil yang baik. Pembinaan misionaris mulai menekankan pengertian dan penghargaan terhadap kebudayaan China. Imam-imam Chinese semakin banyak menduduki posisi yang penting. Sewaktu Costantini tiba di china, Gereja Katolik berada di bawah kontrol pihak asing; pada saat konsili diadakan pada tahun 1924 sudah ada tiga prefektur apostolik yang dipimpin oleh prelatur Chinese. Dua tahun kemudian, pada bulan Oktober 1926, Paus Pius XI mentahbiskan enam uskup Chinese (tahbisan pertama sejak 1685). Pada tahun 1933, sewaktu Costantini menyelesaikan tugasnya, 19 dari 119 wilayah kegerejaan sudah berada di tangan uskup Chinese. Utusan Paus ini juga menyumbangkan pemikiran bahwa orang Chinese mempunyai tanggung jawab utama mentobatkan bangsanya sendiri sewaktu dia mendirikan Kongregasi Murid-murid Tuhan (CDD) pada tahun 1926 [sic!], suatu kongregasi Chinese, untuk menularkan semangat misi kepada klerus lokal. Costantini, yang sangat menghargai kesenian suci (gerejawi), sangat mendukung pengembangan kesenian rohani chinese. Melalui pengaruhnya, bangunan-bangunan gereja dengan gaya China, patung-patung, lukisan-lukisan, dan musik mulai diterima di dalam Gereja Katolik. Dari tahun 1935-1953 Costantini menjadi sekretaris Propaganda Fide di Roma. Pada thaun 1953 Paus Pius XII melantiknya menjadi kardinal. Sampai akhir hayatnya Costantini merupakan tokoh utama dalam menolong para misionaris dan gereja-gereja lokal yang berakar pada kebudayaan lokal mereka dan yang dipimpin oleh uskup-uskup pribumi. Dia berhasil menolong Tahta Suci membebaskan diri dari sistem protektorat dan implikasi nasionalistik (penjajahan).

Jean-Paul Wiest

Bibliography
Tulisan-tulisan paling utama Costantini adalah La Crisi Cinese e il Cattolicismo (1931), Aspetti del problema missionario (1935), L'arte Christiana nella missioni. Manuale d'arte per i missionari (1940), Con i missionari i Cina (1954; tiga jilid dari catatan harian dia sebagai utusan apostolik), dan Ultime foglie (1954; memoar Costantini sebagai sekretaris Propaganda Fide). Jean Bruls mengumpulkan dan menterjemahkan pelbagai tulisan ini dalam Celso Costantini, Reform des Missions au XXe siecle (1960).