Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

12 March 2009

Kritik Terhadap Penafsiran Keliru Liturgi KVII


Uskup Agung Macolm Ranjith, Sekretari Kongregasi Ibadah Ilahi, dalam berita Catholic World News 23 Februari yang lalu, menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan dalam memahami ajaran Konsili Vatikan II dan pengaruh ideologi sekular merupakan alasan untuk menyimpukan bahwa, seperti kata Kardinal Joseph Ratzinger pada tahun 1985, "saat Vatikan II beum tiba." Teristimewa menyangkut bidang liturgi, Uskup Agung Ranjith mengatakan, "Reformasi masih harus diteruskan."

Uskup Agung Ranjith memberikan komentar-komentarnya dalam Kata Pengantar sebuah buku baru yang didasarkan pada diari dancatatan Cardinal Fernando Antonelli, yang merupakan tokoh kunci dalam gerakan reformasi liturgi baik sebelum dan sesudah Konsili Vatikan II.

Tulisan Kardinal Antonelli, kata Uskup Agung Ranjith, membantu pembaca "memahami kompleksitas pergumuan dalam reformasi liturgi sebelum dan segera sesudah Konsili." Pejabat Vatikan ini menyimpulkan bahwa implementasi usulan reformasi dari Konsili sering menyimpang dari maksud sesungguhnya para Bapa Konsili. Sebagai akibatnya, demikian kata Uskup Agung Ranjith, liturgi sekarang ini bukanlah perwujudan sesungguhnya dari pandangan yang diungkapan dalam dokumen liturgi KV II, Sacrosanctum Concilium.

Secara khusus Uskup Agung ini menuliskan:

Beberapa praktek yang tidak pernah dibayangkan oleh Sacrosanctum Concilium dalam Liturgi adalah Misa versus populum (menghadap umat), menyambut komuni dengan tangan, menggantikan bahasa Latin dan lagu Gregorian dengan bahasa profan dan lagu-lagu yang tidak memberikan tempat yang cukup bagi Allah, terlalu gampangnya mengadakan konselebrasi Misa (dengan pendeta). Juga salah paham yang besar terhadap pengertian "partisipasi aktif".

Maka pejabat Gereja dari Sri Lanka ini, dan pernah menjabat duta besar Vatikan untuk Indonesia, menyatakan diperlukannya "pembaharuan terhadap pembaharuan " liturgi.

Dalam perjalanannya, pembaharuan liturgi yang berjalan sekarang ini memutuskan hubungan terhadap tradisi terdahulu dari Gereja. Menurut Uskup Agung Ranjith:

Konsep dasar dan tema seperti Kurban dan Penebusan, Misi, Pewartaan dan Pertobatan, Adorasi sebagai unsur integral dari Komuni, dan Gereja diperlukan untuk keselamatan - semuanya dikesampingkan, sementara dialog, inkulturasi, ekumene, Ekaristi sebagai perjamuan, evangelisasi sebagai kesaksian, dan lain-lain, menjadi lebih penting. Nilai-nilai pokok disepelekan.

Maka, tulis Uskup Agung Ranjith, Gereja dapat melihat kembali dan mengenali pengaruh-pengaruh yang mendistorsi maksud asli Konsili. Pengenalan ini bisa membuat kita menyadari perlunya "pembaharuan dari pembahuran,bukan semata-mata keinginan untuk memperbaiki kesalahan yang lalu, namun lebih lagi setia kepada apa sebenarnya Liturgi itu dan maknanya bagi kita, dan juga apa yang dimaksudkan oleh Konsili."