Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

20 September 2011

MISA MANDARIN ORANG MUDA KATOLIK (OMK) COSTANTINI JAKARTA


18 september 2011, OMK costantini Jakarta menyelenggarakan Misa khusus dalam bahasa Mandarin untuk kaum muda di Jakarta. Misa dipersembahkan oleh Pastor Yandhie Buntoro CDD dari Bali. Tujuan utama dari misa ini adalah untuk memperkenalkan OMK Costantini dan secara khusus untuk menginformasikan kepada kawula muda bahwa di Keuskupan Agung Jakarta ada misa dalam bahasa Mandarin bagi umat Katolik yang memiliki kemampuan berbahasa Mandarin. Lebih jauh, melalui misa ini, diharapkan kaum muda dapat ikut melibatkan diri dalam kegiatan OMK Costantini.

Misa yang dimulai pada pukul 10.30 ini berhasil menggaet lebih kurang 200an kaum muda Jakarta, bahkan ada juga anak muda dari Bekasi yang menyempatkan diri untuk menghadiri misa ini. Sebenarnya misa ini diselenggarakan dengan mengambil momen peringatan tong ciu pia dalam tradisi masyarakat Tionghoa. Pastor Yandhie menguraikan kitab Suci dan tradisi tong ciu pia dalam masyarakat Tionghoa. Dalam khotbahnya, Pastor Yandhie menekankan makna kekeluargaan dan kesatuan dalam tradisi tong ciu pia dan dikaitkan dengan dimensi kekeluargaan dan kesatuan dalam ajaran gereja. Tidak semua tradisi masyarakat Tionghoa bertentangan dengan iman Katolik. Menurut Pastor yang pandai bermain erhu ini, tradisi Tionghoa cukup banyak yang selaras dengan iman Katolik jika kita mau gali dan kita maknai dengan benar. Dalam kesempatan ini, Koor OMK Costantini mengiringi misa dengan indahnya.

Setelah misa selesai, semua diundang ke lianluocu, yaitu pusat kegiatan umat katolik berbahasa Mandarin di Jakarta. Disini juga menjadi tempat tinggal Pater Hilarius CDD yang memimpin umat katolik berbahasa Mandarin. Di tempat ini, para kawula muda diperkenalkan dengan OMK Costantini dan kegiatannya. Sdr Antoni, ketua OMK Costantini menguraikan apa dan bagaimana OMK Costantini selama ini bergerak. Melalui kegiatan ini, diharapkan ada banyak kaum muda yang mau melibatkan diri dalam kegiatan kaum muda berbahasa Mandarin di Jakarta.

Fr.Ignas CDD yang juga sedang ditugaskan di komunitas CDD Jakarta ini, mendampingi dan ikut di daulat untuk memberikan beberapa masukan. Fr.Ignas memaparkan pentingnya penguasaan bahasa Mandarin dewasa ini. Bahasa Mandarin telah menjadi bahasa resmi PBB dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak di dunia mengalahkan bahasa Inggris. Dengan menguasai bahasa Mandarin maka kita telah menguasai dunia, demikian Fr Ignas menegaskan. Yang sangat menakjubkan adalah rupanya cukup banyak kaum muda yang ikut Misa Mandarin ini adalah guru muda bahasa Mandarin yang telah dan pernah studi di China dan Taiwan.

Rupanya, perkembangan bahasa Mandarin akan semakin gencar di tahun tahun mendatang. Dan menjadi pertanyaan besar bagi kita apakah Gereja Katolik siap melayani mereka ? dengan kemampuan bahasa Mandarin umat katolik muda yang sekarang ini banyak studi di China dan Taiwan, apakah gereja Katolik tidak akan kewalahan untuk melayani mereka jika suatu saat mereka menginginkan pelayanan dalam bahasa Mandarin ? di Jakarta terdapat 4 gereja Katolik berbahasa Mandarin dan di saudara kita Gereja Protestan terdapat 54 gereja berbahasa Mandarin.

Bapa Celso Costantini, pendiri CDD pernah mengatakan kepada para pengikutnya. “…Saya sudah cukup banyak keliling dunai; saya dapat menemukan hampir di mana saja di dunia ini ada saja orang Tionghoa… Di suatu tempat di Birma, di India Belanda, di Filipina, di Amerika, dst., orang-orang Tionghoa membentuk perkampungan sendiri - pecinan atau Chinatown - yang sangat mencolok mata… Di antara orang-orang Tionghoa di banyak perkampungan itu banyak sekali dari mereka yang gampang sekali bertobat, kadang jauh lebih gampang dibanding penduduk aslinya sendiri… Di beberapa tempat ada banyak kristianisme yang sungguh-sungguh berkembang… Ketika saya berada di Cina sebagai Delegatus Apostilicus, sering kali saya diminta oleh Vicarius Apostilicus Cina atau bahkan langsung dari orang-orang kristiani Tionghoa diaspora untuk minta dikirimkan seorang imam Tionghoa; akan tetapi dimana bisa menemukan mereka?... Siapa yang memikirkan suku tionghoa tersebat di antara bangsa-bangsa asing?...Lihat, telah terbentang lebar ladang subur kerasulan bagi dan menunggu para Murid Tuhan…Para putraku terkasih, kalian saya nasehatkan supaya kalian menyediakankan diri untuk karya kerasulan tersebut. Karya tersebut di atas adalah karya yang kudus, mendesak dan sangat selaras dengan panggilan suci kalian…”

Kiranya Bapa Celso telah meramalkan bahwa di kemudian hari umat yang berbahasa Mandarin akan berkembang pesat. Gereja perlu menyiapkan diri untuk karya ini. Sadar atau tidak sadar, pelan tapi pasti, mereka yang pandai berbahasa Mandarin mulai muncul dan juga menginginkan pelayanan yang layak dan memadai. Semoga dengan Misa Mandarin kaum muda ini, Gereja Katolik sudah mulai menyiapkan diri untuk karya ini di masa sekarang dan kelak.

Salam dan doa
Ignashuang CDD

31 August 2011

Hari keluarga dalam CDD


Gereja mengajarkan bahwa keluarga adalah tempat yang pertama dan utama dalam pendidikan anak. Tempat pertama karena dari keluargalah pertama kali seorang anak akan belajar semua hal. Anak lahir dan bertumbuh dalam keluarga dan yang pertama kali ditemui anak ketika lahir didunia adalah keluarganya. Dikatakan yang utama karena keluarga memegang peranan yang penting dan pertama bagi seorang anak. Peran ini tak tergantikan maka disebut yang utama. Keluarga menjadi pionir dalam pendidikan anak karena merekalah yang seharusnya memegang tanggung jawab ini.


Mengingat pentingnya peran keluarga dalam kehidupan seorang anak, maka CDD propinsi Indonesia mencoba mengapresiasi hal ini dengan menghadirkan keluarga dari para frater CDD dalam acara hari keluarga. Acara berlangsung dari tgl 27 agustus sampai 31 agustus ini diadakan di rumah retret Sawiran. Hari keluarga ini bertepatan dengan pengucapan kaul perdana tiga frater CDD dan pembaharuan kaul tiga frater CDD. Maka sejak beberapa waktu, sudah ada beberapa keluarga para frater yang tiba di Malang.

Dalam kegiatan ini, keluarga para frater sempat bertatap muka dengan Provinsial CDD Indonesia dan juga dengan beberapa imam CDD yang ada di kota Malang. Pada tanggal 25 Agustus 2011, keluarga para frater CDD mengunjungi biara Batu atau biara novisiat CDD Fatima Batu. Ditempat inilah, pada awalnya para calon frater CDD akan dibina selama setahun. Keluarga para frater bertemu dan berwawancara dengan Pater Lodewiyk CDD, provincial CDD Indonesia dan juga Pater Sukamto CDD, magister Novisiat CDD. Pada kesempatan ini, keluarga para frater CDD juga berkenalan dengan Br Andre CDD yang sedang studi lanjut di Yogyakarta dan kebetulan sedang liburan di kota batu serta dengan Pater Prasetyo CDD yang bertugas di kota Medan dan kebetulan sedang menghadiri rapat dewan pimpinan CDD di Kota Batu.


Para anggota keluarga frater CDD juga diajak untuk mengikuti acara pengucapan dan pembaharuan kaul CDD dan setelah itu berangkat ke Sawiran untuk memulai acara hari keluarga. Di sawiran, keluarga para frater dan frater CDD diajak untuk menggali kehidupan rohani dan sekaligus melalui permainan permainan diajak untuk mempererat tali persaudaraan. Dalam hal ini, Pater Agus Lie CDD dibantu oleh team Sawiran mencoba melakukan segala cara untuk mempererat dan memperdalam tali persaudaraan para keluarga frater CDD.

Semoga Acara ini membuahkan hasil yang baik dan berguna untuk perkembangan dan terutama hidup panggilan para frater CDD.

Salam dan doa
Fr Ignas Huang CDD

30 August 2011

retret tahunan umat katolik berbahasa mandarin Jakarta

Retret memiliki beberapa makna yang berkaitan, yang pada umumnya berupa gagasan untuk sementara waktu menjauhkan diri sendiri dari lingkungan biasanya.Sebuah retret dapat berarti sebuah periode pengalaman menyendiri ataupun pengalaman mengasingkan diri bersama dengan sebuah kelompok/komunitas. Beberapa retret dilakukan dalam kesunyian, sementara yang lainnya dilakukan dalam suasana berbagi rasa, tergantung dari pengetahuan dan praktik yang dilakukan oleh fasilitator dan/atau pesertanya. Retret sering kali dilakukan di daerah pedesaan atau pedalaman, atau di tempat-tempat retret khusus seperti sebuah biara.

DemikianlahsSetiap tahun komunitas umat katolik berbahasa Mandarin Jakarta yang berpusat di Dwi warna menyelenggarakan retret bersama untuk empat gereja katolik berbahasan Mandarin. Retret yang diselenggarakan dimaksudkan untuk membantu umat agar semakin bersatu dan menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Setiap tahun, pusat pelayanan umat katolik berbahasa Mandarin yang diserahkan pelayanannya kepada CDD, merencanakan dan membuat tema khusus untuk retret tahunan. Pendamping retret adalah para imam yang mampu berbahasa mandarin dan biasanya diundang dari luar negri. Beberapa kali diundang dari Malaysia atau Taiwan.

Pada tahun ini, sekitar 60 orang lebih mengikuti retret yang diselenggarakan di lembah karmel cikanyere. Tema retret adalah Yesus adalah guruku. Retret dilaksanakan pada tgl 26 sampai 28 juli 2011.Pada tahun ini, retret dibimbing oleh Pater Laurensius Huang da hwa CDD dari Malaysia. Selama retret berlangsung, Pater Lauren menggunakan berbagai metode untuk membantu umat mandarin agar mampu menyerap dan semakin dekat dengan Tuhan.

Pemutaran film, lagu-lagu, saat hening pribadi, dan terutama silentium magnum diberlakukan untuk mencapai tujuan ini. Menurut beberapa peserta, model retret dengan silentium magnum amat menyiksa karena mereka yang biasa senang berbicara mengalami kesulitan untuk tidak berbicara. Namun seiring waktu yang berlalu, mereka akhirnya mampu menahan diri dan bisa menggunakan waktu berbicara untuk dan hanya bersama Tuhan. Dalam retret ini, umat juga diajak untuk mengadakan sembah bakti kepada sakramen Mahakudus.

Semoga melalui retret ini, iman umat semakin bertumbuh dan cinta kasih Tuhan semakin dikenal oleh banyak orang.
Salam dan doa
Ignas Huang CDD

Kaul Perdana dan Pembaharuan kaul Frater CDD 2011


Bapa Celso Costantini, pendiri CDD mengatakan bahwa panggilan adalah sebuah rahmat, kalian harus tahu menjaganya dengan baik. Panggilan merupakan lidah api yang perlu senantiasa dikobarkan dengan minyak kebajikan. Inilah yang pernah dikatakan Yesus Kristus kepada seorang Biarawan yang tidak setia: Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah (Luk 9,62).

Memang panggilan mesti dijaga dan selalu diperjuangkan. Seturut wejangan bapa pendiri diatas, pada tanggal 27 Agustus 2011, tiga pemuda memberanikan diri untuk mengucapkan kaul perdana dalam kongregasi Murid murid Tuhan. Mereka telah menerima dan merawat panggilan yang telah mereka terima dengan penuh syukur. Ketiga pemuda ini adalah Fr. Yoldy CDD asal keuskupan Larantuka, Fr Ega CDD asal keuskupan Agung Pontianak dan Fr Hermanto CDD asal keuskupan agung Samarinda.

Misa pengucapan kaul perdana ini dilaksanakan di kapel KOSAYU Blimbing Malang. Upacara ini didahului dengan perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin langsung oleh provinsial CDD Indonesia Pater Lodewyik Tshie CDD dan didampingi Pater Agus Lie CDD, prefek studen dan pater Sukamto CDD, magister Novis CDD. Di samping itu, Pater Yuki CDD, wakil provincial CDD, Pater Prasetyo CDD dan Pater Rudy CDD juga turut hadir dalam misa ini.

Perayaan ekaristi pengucapan kaul perdana tiga frater CDD menjadi semakin meriah karena bersamaan dengan pembaharuan kaul tiga frater CDD. Mereka adalah Fr Fol CDD asal keuskupan Surabaya, Fr Justin CDD dan Fr Jensi CDD, keduanya berasal dari keuskupan Ruteng. Alunan paduan suara dari anak anak SMA St Yusuf KOSAYU semakin membuat perayaanb ekaristi terasa menyentuh
Dalam khotbahnya, Pater Lodewyik menekankan pentingnya pemahaman atas kaul yang diucapkan. Beliau mengutip wejangan – wejangan Bapa pendiri CDD yang ditulis dalam IVAD. Mengutip tulisan Bapa Celso, Pater provincial mengatakan bahwa karena kaul seseorang diasingkan dari dunia, semuanya dirampas darinya supaya ia dapat hadir bagi Allah dalam kebebasan spiritual dan kesucian mutlak. Ia hidup di dunia, tetapi bukan dari dunia ini: Kaul bagi seorang Biarawan yang siaga bagaikan jembatan yang dibangun di atas sungai yang deras. Sungai tersebut adalah dunia; mengindahkan kaul-kaul berarti membangun, memperkokoh dan mengamankan jembatan tersebut.

Akhirnya, kita mesti menyadari sebagaimana Bapa Celso menegaskan bahwa dengan kaul ketaatan, seorang Biarawan mempersembahkan kepada Allah kebebasannya yang adalah salah satu kebutuhan terbesar jiwa manusia. Dengan kaul kemurnian seorang Biarawan mempersembahkan tubuhnya sendiri kepada Allah. Dengan kaul kemiskinan ia mempersembahkan keterasingan total terhadap barang-barang di dunia ini. Demikianlah kaul-kaul menjadikan diri sendiri sebagai persembahan yang utuh, bebas dan kudus kepada Allah.

Perayaan Ekaristi pengucapan kaul perdana pada tahun ini terasa istimewa karena dua dari tiga frater yang mengucapkan kaul adalah alumni dari sekolah yang dikelola CDD. Fr Ega adalah alumni SMA St Petrus Pontianak dan Fr Hermanto adalah alumnus SMA St Yusuf atau KOSAYU Malang.

Dalam upacara ini, para frater mengucapkan kaul dihadapan provinsial CDD Indonesia dan berjanji untuk hidup seturut nasehat injil sesuai dengan konstitusi dan regula CDD. Penyerahan diri ini menjadi tanda yang harus selalu diperjuangkan terus menerus dalam hidup panggilan.

Setelah pengucapan kaul, para frater yang mengucapkan kaul pertama menerima lencana CDD yang dipasang pada jubah mereka. sesudah itu mereka berdoa didepan patung Bunda Maria Ratu para rasul yang menjadi pelindung utama dalam kongregasi Murid murid Tuhan. para frater mengucapkan doa yang dipersembahkan kepada Bunda Maria.

Setelah acara selesai, para tamu undangan diajak untuk mengikuti acara santap siang bersama. Dalam acara santai ini, para tamu diperkenalkan dengan kehidupan para seminaris CDD sepanjang hari melalui pemutaran slide. Para frater juga mengajak tamu undangan untuk bergembira melalui lagu dan gerak yang diperagakan bersama sama.
Semoga benih panggilan semakin subur dalam kongregasi Murid murid Tuhan. dan semoga semakin banyak orang mau membuka diri bagi panggilan Tuhan yang didengarnya setiap saat. tuaian memang banyak tetapi sedikitlah pekerjanya.semoga peristiwa pengucapan kaul ini mendorong banyak kaum muda untuk datang dan menyerahkan diri dalam tugas pelayanan ini.

akhirnya kita harus selalu ingat apa yang dikatakan oleh bapa Celso sendiri dalam IVAD yakni : Dengan kaul kemurnian seorang Biarawan mempersembahkan kepada Allah kurban tubuhnya sendiri; dengan kaul kemiskinan ia mempersembahkan kepada Allah semua yang dimilikinya, bahkan mungkin kekayaannya yang luar biasa banyaknya sekalipun; dengan kaul ketaatan ia mempersembahkan kepada Allah salah satu dari kebutuhan jiwa manusia yang sangat berharga, yaitu kebebasan.

semoga kita semua mampu mewujudkannya.

Salam dan doa

Ignas Huang CDD

01 August 2011

Bible Study SMPK Kolese Santo Yusup

“TUHAN PEGANG TANGANKU”
Oleh: Fr. Laurentius Fol Piluit, CDD


Saat aku bimbang, saat kuragu
Aku akan berdoa kepada Tuhan
Ku ‘kan memohon bimbingan dari-Nya
S’bab kutahu Dia ‘kan pegang tanganku
Saat Tuhan memegang tanganku
Tak lagi kurasa bimbang
Tuhan adalah penjagaku
Dia ‘kan slalu pegang tanganku

Itulah “theme song” Bible Study Hua Ind 2011 yang berlangsung dari tgl 30-31 Juli 2011. Tahun ini merupakan pelaksanaan Bible study yang kedua. Tema yang diusung kali ini adalah “Tuhan, pegang tanganku.” Tujuan diadakannya Bible study adalah agar anak diperkenalkan dengan kitab suci sejak dini sehingga mereka menjadi akrab dengan kitab suci. Tujuan lainnya adalah mengumpulkan kaum muda dan anak-anak dalam satu wadah kegiatan Gereja agar mereka merasakan kegembiraan di dalam mengikuti kegiatan Gereja Katolik.
Tahun ini Bible study diikuti oleh 135 peserta dengan panitia, pendamping, dan penjaga pos berjumlah sekitar 70 orang. Yang patut menggembirakan adalah acara ini bersifat wajib bagi murid SMPK KOSAYU 2 yang beragama Kristen dan Katolik namun pada kenyataannya ada 9 anak yang beragama non Kristen dan katolik mengikuti kegiatan ini. Acara registrasi sesuai jadwal dimulai jam 15.00 namun pada pukul 14.15 anak-anak sudah ada yang datang. Pukul 16.00 acara dimulai dengan doa pembukaan dan pengenalan lagu-lagu yang digunakan selama acara Bible study tahun ini. Pukul 16.25 acara secara resmi dibuka oleh Bp. Urbanus Sihombing (WAKASEK Kurikulum) bersama dengan Pastor Agustinus Lie, CDD yang memang sejak awal sangat mendukung kegiatan ini. Terima kasih Pastor atas bantuan, dukungan dan semangatnya sehingga para frater menunjukkan kreatifitas yang luar biasa dan anak-anak panitia bersemangat dalam melayani :).
Setelah pembukaan secara resmi, anak-anak diajak untuk memuji Tuhan dengan lagu-lagu pujian yang meriah. Setelah itu dilanjutkan dengan perkenalan para frater dan tepat pukul 17.00 dimulai sesi I. Sesi dibawakan oleh Fr. Nico. Anak-anak diajak mula-mula menyadari kebaikan Allah Bapa kepada umat manusia. Setelah sesi I dilanjutkan dengan acara games indoor yang dipimpin oleh Fr. Beny, Fr. Justin, Fr. Petrus, dll. Pada games ini para peserta diajak untuk mencari nama tokoh di dalam dua kotak yang berisi berbagai macam nama tokoh di dalam kitab suci. Dengan memeperhatikan petunjuk-petunjuk mereka menebak dan mencari siapakah tokoh yang dimaksud. Permainan berlangsung cukup seru dan ramai. Setelah itu dilanjutkan dengan permainan hutan kolam dan menyanyikan lagu “train of love”. Pukul 19.00 acara dilanjutkan dengan makan malam. Pada pukul 19.45 para peserta diajak lagi untuk memuji Tuhan lewat gerakan-gerakan. Tepat pukul 20.00 acara dilanjutkan dengan sesi II yang dibawakan oleh Fr. Jensi. Pada sesi ini anak diajak bahwa kasih Allah kepada umat manusia menjadi nyata dan kelihatan dalam diri keluarga (orang tua, kakak, adik), serta melalui orang lain (teman, dsb). Setelah itu acara berlanjut pada sesi pertobatan dimana anak diajak untuk merenungkan kembali kehidupannya, menyadari kembali segala sikap di dalam hidup mereka. Sesi pertobatan ini dipimpin oleh Fr. Justin. Setelah itu sekitar pukul 21.45 anak-anak beristirahat.
Besok paginya anak-anak telah bangun pukul 05.00 pagi untuk mandi dan mempersiapkan diri guna mengikuti perayaan ekaristi di kapel Kosayu. Misa berlangsung mulai pukul 06.45 – 07.55 dan dipimpin oleh Pastor Kanisius Rudy Saleh, CDD yang khusus datang dari Pontianak untuk melihat dan meninjau pelaksanaan acara Bible Study disini. Rencananya di Pontianak pun akan diadakan kegiatan serupa tahun depan. Setelah misa anak-anak diajak untuk makan pagi bersama kemudian dilanjutkan dengan doa pagi, puji-pujian dan penjelasan games outdoor. Pukul 09.15 mereka mulai games outdoor dimana pada games ini mereka semua yang terdiri dari 20 kelompok akan bermain di 10 pos permainan. Nampak suasana kegembiraan di raut wajah mereka. Pukul 11.45 permainan berakhir dan mereka beristirahat sambil mengisi lembar evaluasi yang diberikan. Dari hasil evaluasi yang diberikan, dapat dikatakan 100 % mereka mengatakan senang dan gembira mengikuti acara ini dan mengajukan usul agar kegiatan ini diperpanjang karena terasa terlalu singkat.
Pada pukul 12.15 diadakan acara penutupan. Dimulai dengan puji-pujian, penyerahan hadiah kepada kelompok terbaik, dan pemberian kenang-kenangan kepada tim dari Bina Iman Anak Katolik paroki St. Aloysius Gonzaga Surabaya (yang selama 2 tahun berturut-turut ini mendampingi dan membantu kami dalam pelaksanaan Bible study) maka secara resmi acara Bible Study Hua Ind 2011 ditutup oleh Bp. Urbanus Sihombing beserta Pastor Kanisius Rudy Saleh, CDD. Setelah itu dibagikan makan siang dan anak-anak pulang ke rumah masing-masing tepat pukul 13.00 dengan membawa kegembiraan dan sukacita yang besar. Sedikit catatan: setelah acara ini sebenarnya panitia, pendamping dan penjaga pos pun dapat pulang namun mereka enggan pulang. Mereka menyanyi dan menari bersama lagu-lagu yang ada dalam acara Bible Study ini hingga sekitar pukul 14.30. Terpancar kegembiraan di dalam raut wajah mereka. Bahkan beberapa orang sudah “memesan tempat” untuk acara Bible Study tahun depan.
“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan mengahalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti itulahyang empunya Kerajaan Allah (Mrk 10:14)”

20 July 2011

Dalam Keheningan bertemu Tuhan Upacara penjubahan dalam Novisiat CDD


Sejak jum’at, Novisiat sudah disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan. Mulai dari membersihkan taman sampai potong daging. Khususnya pada hari-h penerimaan Novis angkatan 2011 – 2012, yang ditandai dengan penerimaan jubah, dan berakhirnya Masa Novisiat angkatan 2010 – 2011.
Pukul 09:30 Novisiat sudah ramai dengan para frater skolastikat yang menyempatkan diri hadir dalam hari bahagia ini ( karena mereka sedang retret). Misa dipimpin oleh Pater Lodewijk,CDD selaku Propinsial CDD Indonesia, didampingi oleh P. Sukamto,CDD , Magister novis, P.Prasetyo,CDD , dan P.Yuki,CDD. Dalam homilinya P.Lodewijk, menegaskan bahwa kehidupan Novisiat adalah seperti sebuah padang gurun. Dimana kita dilatih untuk menjadi ‘tanah’ tempat sabda Tuhan berkembang, hal ini sejalan dengan perumpamaan Yesus tentang penabur benih. Dalam Novisiat kita dilatih dan melatih diri hingga dapat berbuah bagi sesama. Dalam keheningan biara, kita mencoba merasakan kehadiran Allah yang berkenan menjumpai kita secara pribadi, khususnya selama menjalani masa novisiat ini.
Setelah homili selesai, acara dilanjutkan dengan penerimaan jubah, IVAD, Konstitusi & Regula, serta buku doa Harian CDD. Dengan menanggalkan ‘Pakaian lama’, merekapun disatukan dalam ‘pakaian baru’ untuk hidup suci dihadapan Tuhan. Dalam kesempatan ini juga P.Sukamto menyerahkan kembali Novis 2010 – 2011 kepada P. Lodewijk untuk selanjutnya diperkenankan berkaul. Dan juga menerima Novis 2011 – 2012 dalam masa pembinaan. Demikianlah hidup. Ada yang memulai dan ada yang mengakhiri.
Setelah misa selesai, acara dilanjutkan dengan ramah tamah di propinsialat. Banyak tamu yang hadir, ada keluarga Tino dan Keluarga Marco. Suasana keakraban langsung tercipta begitu makanan siap. Sekarang keluarga besar CDD bertambah 3 lagi. Yang siap untuk diutus dalam bermisi.
Acara diakhiri dengan penuh kegembiraan dan satu per satu dari tamu mulai berpamitan. Hingga akhirnya tinggal kami (ber 6) di novisiat. Melanjutkan kembali renungan dalam keheningan, sebagai Novis baru dan Novis Lama yang menjalani dan akan memulai hidup baru. Proficiat!!!
Iniah ke-tiga pemuda yang berbahagia :
1. Fr. Klementius Ruslin CDD
2. Fr. Agustinus CDD
3. Fr. Eduard Kwee Marco Tirtajaya CDD
Selamat dan semoga semakin mampu menemukan Tuhan dalam keheningan dan terutama dalam menapaki hidup panggilan yang selalu dan akan senantiasa penuh dengan tantangan.


Oleh: Fr. Antonius Hermanto

31 May 2011

Prosesi Patung Bunda Maria di Lingkungan St. Christophorus Blimbing - Malang


Sangat Meriah,
Prosesi Patung Bunda Maria di Lingkungan St Christophorus


LUAR biasa ......! Hebat dan mengagumkan .....! Inilah kata-kata yang rasanya pas dan tepat untuk menggambarkan suasana serta semangat antusiasme warga Lingkungan St Christophorus saat menerima Patung Bunda Maria dari Lingkungan St Benedictus tanggal 16 Mei 2011. Hujan di waktu siang dan sore itu bukanlah halangan, meskipun sebagian warga menunjukkan mimik cemas pada wajahnya. Keadaan seperti ini sangat manusiawi, karena sebagian warga mengenakan pakaian tradisional paling bagus yang dimilikinya. Bahkan beberapa ibu dan mudika juga berdandan ke salon. Hampir semua bapak-bapak berpakaian parlente, umumnya berkemeja batik dengan kombinasi celana yang serasai dan anggun. Bisa dibayangkan, jika hujan tidak berhenti dan harus menerima derasnya guyuran air dari langit ... aduuuh ...... riasan wajah ibu-ibu akan meleleh dan pakaian basah kuyup...! Rambut akan nglemprek berseliweran dan mungkin disertai tubuh menggigil kedinginan. Wajah yang rupawan akan menjadi lusuh dan kuyu ..... bisa lebih jelek dibanding wajah Yesus saat dicerca, dihina, dan didera ketika memikul salib menuju Bukit Kalvari ....!
Demikianlah kiranya fantasi-liar yang melambung dan mengembara di atas kepala sebagian warga saat itu. Namun terlihat hampir semua bibir mereka sering berkomat-kamit dengan kepala yang terkadang tunduk-tengadah ke tanah dan langit. Sikap itu menunjukkan orang yang sedang mendaraskan doa dengan serius-khidmat meskipun suara keributan anak-anak terkadang cukup meradang. Namun kemauan sangat kuat untuk bisa menggapai rahmat Tuhan demi kebaikan umat-Nya dalam menghadapi suasana, tidak terusik oleh berbagai gangguan yang muncul di sekitarnya ......
            Syukur kepada Tuhan ..... Menjelang jam 19.00 hanya gerimis rintik-rintik yang tersisa menitik-nitik ke bumi, dan akhirnya berhenti sama sekali. Awan pun mulai tersibak, dan langit biru sayup-sayup mengintip bumi. Angin malam yang lembut terkadang menyapu dengan bisikan lagu ria, dan pelan-pelan di langit pun nampak bulan pascapurnama memancarkan cahayanya. Seperti terhipnotis keramahan alam yang sangat mempesona itu, hampir semua wajah warga jadi sumringah-gembira diselingi canda-bahagia dalam menyongsong kehadiran Patung Bunda Maria ......
* * *
            DAN akhirnya ...... dari arah utara - wilayah Lingkungan St Benediktus - mulai nampak kerlap-kerlip nyala lilin di antara para ibu dan bapak yang bebaju putih-putih dengan seorang ibu membawa rangkaian bunga yang indah .... Di belakangnya ... berdiri tegak-anggun Patung Bunda Maria yang sangat cantik mempesona ..... Rombongan prosesi terus berjalan pelan-pelan sambil berdoa ... akhirnya sampai ke depan rumah Simpang Borobudur 33 – berhadapan dengan rombongan warga St Christophorus yang siap menerima rombongan tamu dan Patung Bunda Maria ....
            Upacara serah-terima pun dilangsungkan, singkat namun khidmat .... Sungguh semarak baju putih-putih para tamu bertemu dengan baju merah-jambu tuan rumah dan batik beraneka corak-warna yang mengiringinya. Tampaklah suatu keharmonisan yang menyemarakkan kehidupan bersama dalam pelukan cinta-kasih .....
Keheningan memuncak ketika Ketua Lingkungan St Christophorus – V Ninik Mulyani – dengan santun memberi hormat kepada Bunda Maria, lalu mengalungkan untaian bunga melati ke leher Patung Bunda Maria. ..... Keharuan dan damai-sejahtera merebak dalam hati setiap hadirin yang menghayatinya ........ Maria Bunda Tuhan Yesus,  Bunda kami dan Bunda segala bangsa, sangat layak menerima penghormatan yang tinggi dan tulus dari putra-putri yang mengaguminya ........

            Kami menghormati Patung Bunda Maria, namun mata iman kami menembus pdran sentral Maria dan Yesus dalam karya agung penebusan untuk menyelamatkan umat manusia.      
Selanjutnya ...., dengan ditandu dua pasang suami-istri warga St Christophorus, Dwiyanto/Wiwik dan Noertjahyo/Endang TM, Patung Bunda Maria diarak masuk menuju ke tempat pentahtaan yang telah dipersiapkan, diringi mengalunnya lagu Ave Maria yang dilantunkan oleh Sdri V Ninik Mulyani, Ketua Lingkungan St Christophorus. Sungguh semarak, anggun dan penuh damai-sejahtera ...
            Setelah acara pentahtaan Patung Bunda Maria selesai, umat kedua lingkungan di atas dengan khidmat melakukan berbagai pujian dan doa Rosario bersama-sama, ditutup  dengan pemberian berkat oleh Rm Marianus CDD.
            Upacara serah-terima pun selesai, dilanjutkan dengan makan malam bersama. Uniknya, hidangan malam itu selain disajikan oleh Pengurus Lingkungan St Christophorus, juga berupa sumbangan-partisipasi secara sukarela dari sekian banyak warga St Christophorus yang mengambil bagian dalam acara ini.
            Malam itu sebagian umat khusuk berdoa di hadapan Patung Bunda Maria untuk mengucap syukur atas semua rahmat yang diterima, dan berbagai doa pribadi masing-masing warga yang mengikutinya. Secara resmi tempat pentahtaan baru ditutup pada pukul 24.00 WIB.
* * *
SUASANA selama pentahtaan Patung Bunda Maria di rumah Keluarga Laurentius Dwiyanto Sani, Simpang Borobudur 33 Malang, juga sangat anggun dan menawan. Selama 16-18 Mei 2011 beberapa umat sesuai dengan keinginannya berdoa di hadapan Bunda Maria, serta doa Rosario berjamaah pada malam harinya. 
Saat akan melaksanakan prosesi serta menyerahkan Patung Bunda Maria kepada Lingkungan St Andreas – tanggal 18 Mei 2011 - banyak warga yang sibuk menyiapkan diri serta mengatur berbagai perlengkapan untuk keperluan bersama. Termasuk anak-anak asuhan Ibu Clara yang menyiapkan pakaian tradisional serta perlengkapan lentera dan lain-lain. Sebagian ibu-ibu dan mudika juga tak segan-segan merogoh kocek untuk menghias diri di salon.
Namun, terjadi lagi kegamangan dan kekhawatiran karena siang itu hujan deras mengguyur kawasan Borobudur, bahkan mungkin di seluruh Kota Malang dan daerah lain. Sampai sekitar pukul 17.00 WIB gerimis masih terus merintik-rintik, bahkan selalu naik-turun intensitasnya. Sampai jam 18.00 – saat warga calon peserta prosesi diminta berkumpul, hujan gerimis belum mereda. Pengurus pun sibuk menggalang dialog dan perbincangan bagaimana sebaiknya, sebab sesuai jadwal pada pukul 18.30 prosesi akan dimulai. Romo Agustinus Lie rupanya menangkap kegelisahan itu, karenanya beliau langsung mengajak umat untuk berdoa, memohon Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita sehingga prosesi dapat berjalan sebaik-baiknya. Seluruh hadirin mengikuti doa dengan khidmat dan khusuk ..... Sungguh mengagumkan ....., sejenak kemudian gerimis mulai mengecil .... mengecil ... dan akhirnya berhenti ... Puji Tuhan ........
Prosesi lalu diberangkatkan sekitar pukul 19.00 dengan perubahan rute untuk mengejar waktu serah-terima. Semula rute yang direncanakan adalah: Simpang Borobudur – Taman Borobudur Utara – Taman Borobudur Selatan – Taman Borobudur – Taman Borobudur Kencana  – belok ke Taman Borobudur Kencana I – masuk Taman Borobudur Selatan, belok ke kiri ke Taman Borobudur lagi, lalu kembali ke Taman Borobudur Utara – Simpang Borobudur – dan masuk ke Kolese Santo Yusup (Kosayu).
Setelah diubah menjadi lebih pendek, rute perjalanan prosesi adalah: Simpang Borobudur – Taman Borobudur Utara – Taman Borobudur Selatan – langsung belok kanan ke Taman Borobudur, kembali masuk ke Taman Borobudur Utara – Simpang Borobudur – dan masuk ke Kolese Santo Jusup (Kosayu).
Kosayu sebenarnya masih masuk wilayah Lingkungan St Christophorus, namun sikon di wilayah Lingkungan St Andreas (menurut Pengurusnya), kurang kondusif untuk melaksanakan serah-terima Patung Bunda Maria. Karena itu mereka ”meminjam” aula Kosayu untuk acara tersebut, baru kemudian membawa Patung Bunda Maria ke wilayah Lingkungan St Andreas.
Saat prosesi berlangsung, jalanan memang becek meskipun gerimis sudah berhenti. Peserta prosesi tidak segan-segan melangkah dalam kebecekan dengan sepatu/sandal mengkilat. Juga tak peduli ujung kain panjang/celana basah karena air hujan yang kotor. Pikiran mereka hanya mengabdi dan berbakti kepada Bunda Maria, Bunda Tuhan Yesus Kristus dan Bunda segala bangsa...! Bahkan kegembiraan menyembul ketika menjelang masuk ke komplek Kosayu nampak bulan pascapurnama tersenyum di balik awan tipis yang sedikit menyelimutinya ...... Terasa dalam hati kita bahwa Tuhan berkenan terhadap prosesi yang kami selenggarakan. Sukur kepada Allah ...
Sebagian kami malahan yakin – berhentinya hujan gerimis yang kemudian disusul munculnya bulan pascapurnama, baik saat kami menerima Patung Bunda Maria maupun saat pelaksanaan prosesi – merupakan suatu keajaiban! Bahkan di antara kami ada yang menyebut sebagai suatu mujijat....!  
Apa pun namanya ...., hanya Tuhan lah yang Mahatahu, dan kita mensyukurinya dengan sepenuh hati .......
Akhirnya, serah-terima Patung Bunda Maria kepada warga Lingkungan St Andreas dilaksanakan dengan lancar dan khidmat.
            Pengurus dan Warga Lingkungan St Christophorus lega, bangga dan sangat mensyukuri atas anugerah Tuhan atas terlaksananya  prosesi Patung Bunda Maria secara lancar dan khidmat di lingkungan kami. Terima kasih atas keterlibatan para warga, para Frater CDD, Romo Marianus CDD, serta Romo Agustinus Lie CDD dalam kegiatan tersebut.
Semoga prosesi selanjutnya, serta prosesi dua Patung Bunda Maria lain yang dilakukan kelompok tersendiri, berjalan secara lancar dan baik, sampai akhirnya ketiga Patung Bunda Maria tiba kembali di Gereja St Albertus de Trapani Blimbing, Kota Malang, di penghujung bulan Mei ini.


Tuhan memberkati kita semua. Amin. (J.A NOERTJAHYO, 22 Mei 2011).

***

Catatan:
Upacara serah-terima Patung Bunda Maria dari Lingkungan St Benedictus kepada  Lingkungan St Christophorus diliput oleh ”MALANG TV”, disiarkan dalam acara ”LINTAS BERITA” tanggal 17 Mei 2011 jam 15.00 dan 18.00, 18 Mei 2011 jam 07.00.
Prosesi di Lingkungan St Christophorus juga diliput ”MALANG TV”, beritanya disiarkan dalam “LINTAS BERITA” tgl. 19 Mei 2011 jam 15.00 dan 18.00, serta tgl. 20 Mei 2011 jam 07.00 WIB.
Terima kasih ”MALANG TV”, Tuhan memberkati ......

* * *

04 May 2011

Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II

Dikutip dari http://wartajohnberd.wordpress.com/2011/05/01/beatifikasi-paus-yohanes-paulus-ii/

Tepat di hari raya Kerahiman Ilahi, pada hari Minggu kedua setelah Paskah, 1 Mei 2011, almarhum Yohanes Paulus II yang mempunyai nama asli Karol Józef WojtyÅ‚a akan mendapatkan pengakuan umat Katolik, sebagai “Beato”.   Proses beatifikasi diiringi misa di pelataran Basilika Santo Petrus, Vatican, yang dipimpin Bapa Suci Benediktus XVI-pemimpin tertinggi umat Katolik.  Pengakuan sebagai “Beato”, ini adalah akhir dari pergulatan gereja Katolik, yang tiada ada hentinya mengulik segudang dokumen, mendengarkan banyak kesaksian, mencermati jejak rekam 27 tahun masa kepausan, dan menyelisik perjalanan hidup Yohanes Paulus II.   Semasa menjadi Paus (1978 – 2005) saja, tak sedikit cerita yang dihadirkan seorang Yohanes Paulus II yang berasal dari Polandia itu.

Sebagai tokoh universal, ia kerap menyuarakan perdamaian.  Bahkan, ia pun tak ragu untuk mengecam invasi militer Amerika Serikat dengan sekutunya ke Irak, tahun 2003, demi suatu kedamaian hidup.  Sementara sebagai penggeliat gereja Katolik di abad 20, Yohanes Paulus II adalah Paus yang tak mau terkungkung dengan norma Kanonik.  Sehingga ketika Bunda Teresa di Kalkuta -kemudian menjadi ibunda bagi kaum papa di banyak daerah-  meninggal dunia pada tahun 1997, Yohanes Paulus II  lah yang mendorong gereja Katolik untuk memberikan pengakuan “Beata” pada Bunda Teresa pada tahun 2003.
Tapi, perang Irak dan beatifikasi Bunda Teresa hanyalah sepenggal dari cerita panjang sejarah hidup seorang Yohanes Paulus II, yang meninggal pada 2 April 2005, di saat usinya memasuki 85 tahun.  Yohanes Paulus II sangat dihormati, karena kesederhanaannya dan ketulusan kasih yang ditunjukkannya, sehingga melalui dia, orang dapat mengalami kasih Kristus. 
Yohanes Paulus II adalah seorang pendoa dan mystic, sehingga Kristus dapat bertindak melalui dia dan menyatakan kasih-Nya. Yohanes Paulus II sangat menghormati setiap orang dan menuntut agar hak dasar terhadap kemerdekaan suara hati dihormati, demikian juga hak untuk hidup, mulai dari saat konsepsi sampai kematian yang wajar.  Paus tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain dan memperlakukan orang lain dengan kebencian. Pada saat yang sama, ia mewartakan Kebenaran Wahyu tanpa takut….dengan keberanian besar, ia mewartakan kebenaran- kebenaran Iman, walau itu tidak nyaman/populer di telinga para pendengarnya.  Ia berjalan menerjang arus, tanpa kompromi, dan tanpa menjadikan kebenaran-kebenaran Tuhan sebagai sesuatu yang relatif.
Proses beatifikasi harus melihat cerita utuh tentang Yohanes Paulus II, yang justru dibuktikan setelah dirinya tiada. Tak hanya itu. Dalam proses beatifikasi, Yohanes Paulus II pun harus terbukti berupa mukjizat sebagai orang yang dianggap kudus, sudah berada di surga dan dapat mendoakan orang lain. Bukti mukjizat itu adalah:
1. Pada tahun 2000, Kardinal Marchisano -pembantu Paus Yohanes Paulus II, sekaligus rektor Basilika St. Petrus- mengalami kesalahan operasi arteri pada lehernya, sehingga pita suara kanannya menjadi rusak, yang mengakibatkannya sulit berbicara, suaranya tidak terdengar dan bahkan tak dapat dimengerti.  Saat Paus Yohanes Paulus II berkunjung, meletakkan tangannya pada tenggorokan Kardinal Marchisano, lalu berdoa dan berkata, “Jangan takut, lihatlah, Tuhan akan memberikan suaramu itu kembali kepadamu”,  seketika itu juga Kardinal Marchisano sembuh total.
2. Di Toronto, Kanada, pada tahun 1982, lahirlah Victoria Szechinskis dengan tumor mematikan di dadanya. Kemudian, pada tahun 1985, Danuta –ibunda Victoria, membawa Victoria untuk menemui Paus Yohanes Paulus II, di Roma, agar didoakan.  Bapa Paus sempat menggendong Victoria, sambil berkata kepada ibunya, “Berdoalah dan percayalah kepada Tuhan. Jika Tuhan memutuskan agar Victoria harus kembali kepada-Nya, Ia akan mengambil Victoria bagi-Nya. Jika Ia menghendaki Victoria untuk tetap bersamamu, itu yang akan terjadi. Perlakukanlah Victoria sama seperti engkau memperlakukan anak-anakmu yang lain. Itulah yang dikehendaki Tuhan.” Sekembalinya ke Kanada, Victoria merasakan sakit yang sangat, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Karena memperkirakan akan meninggal, keluarga akhirnya membawa Victoria pulang ke rumah. Sampai di rumah, mukjizat pun terjadi.  Kondisi Victoria justru membaik.  Dan hasil sejumlah test menunjukkan, bahwa tumor di tubuh Victoria lenyap.  Sampai melewati umur 20 tahun, ternyata Victoria tumbuh normal, sehat, senang berolah-raga dan mendaki gunung.
3. Pada Oktober 1984, di Puerto Rico, Paus Yohanes Paulus II meletakkan tangannya di atas kepala seorang anak perempuan yang buta. Sekembalinya ke rumah, anak itu dapat melihat.
4. Pada 14 Maret 1979, saat audiensi umum di Liverpool, Inggris, Paus Yohanes Paulus II mencium Kay Kelly, seorang penderita kanker.  Beberapa bulan kemudian kanker dari tubuh Kay, hilang.
5. Pada November 1980, terjadi gempa di Italia yang membuat Emilio Cocconi, 16 tahun, terkubur hidup-hidup. Walau selamat, kaki kiri Emilio tidak dapat berfungsi. Paus pun mengunjungi daerah itu dan menghibur para korban, termasuk Emilio. Empat tahun kemudian, saat audiensi di Roma, Emilio kembali bertemu Paus. Ketika itu, Paus memberkatinya, dan berkata, “Tuhan yang Mahabaik akan menolongmu.”  Ternyata, 4 minggu kemudian, anak muda itu sembuh.
6. Pada tahun 1981, saat mengunjungi Manila, Filipina, Paus berdoa dan meletakkan tangannya di seorang biarawati, Madre Vangie, 51 tahun yang tubuhnya cacat dan harus bergantung kepada kursi roda. Beberapa menit kemudian, suster itu dapat berdiri tegak, sembuh sepenuhnya, dan meninggalkan kursi rodanya.
7. Pada Januari 1980, di Castel Gondolfo, Paus bertemu dengan Stefani Mosca, seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang cacat tubuh.  Paus menghibur dan menciumnya. Beberapa waktu kemudian ia sembuh.
8. Pada tahun 1990, Paus Yohanes Paulus II memberkati dan mencium Helano Mireles, seorang bocah Meksiko berusia 4 tahun, yang menderita leukemia. Penyakitnya hilang seketika setelah Paus memberkatinya. Hal ini disaksikan oleh Kardinal Javier Lozano Berragan, yang kemudian memberikan kesaksian atas mujizat kesembuhan ini.
Walau demikian, semarak beatifikasi Yohanes Paulus II tak menyurutkan gereja Katolik untuk tetap menjaga kesederhanaan, sekaligus kesucian sosok Yohanes Paulus II.  Saat beatifkasi, peti mati Yohanes Paulus II hanya dipindahkan ke bawah gua Basilika Santo Petrus, tanpa harus dibuka.  Artinya, tidak akan ada proses exhumasi (penggalian). Jenasah Yohanes Paulus II  pun “tidak akan ditampakkan, dan akan di selungkup di dalam makam yang ditutup oleh batu marmer sederhana dengan tulisan: Beatus Ioannes Paulus  II”.


(Sumber: culturadivita.info/blog, berbagai sumber, http://www.vatican.va/phome_en.htm, http://katolisitas.org/2011/03/01/beatifikasi-paus-yohanes-paulus-ii, http://www.pondokrenungan.com,  Sala Stampa Vaticana, VIS, Il Giornale edisi 14 Januari 2011)

02 May 2011

Teks Liturgi Beatifikasi Yohanes Paulus II

Seluruh program beatifikasi Yohanes Paulus II pada tanggal 1 Mei 2011 sudah disusun di buku perayaan ini dalam bentuk pdf.

Renungan dalam Ibadat Bacaan Pada Peringatan Paus Yohanes Paulus II

Diterjemahkan dari whisperintheloggioa.blogspot.com/2011/04/quote-of-day.html

Kutipan Harian


Petrus pergi ke Roma! Kalau bukan ketaatan pada Tuhan yang membawa Petrus ke kota ini, ke pusat Kekaisaran, apalagi yang bisa membawa Petrus ke sana? Barangkali si nelayan di Galilea tidak akan mau datang ke tempat ini. Barangkali dia lebih suka tinggal di sana, di pantai Danau Genesaret, berurusan dengan perahu dan jala ikan. Namun karena dipimpin oleh Tuhan, taat pada kehendak-Nya, dia datang ke sini!

Menurut tradisi dulu, Petrus mencoba meninggalkan Roma pada masa pembantaian Nero. Namun Tuhan berperan di sini dan menemui dia. Petrus bertanya kepada-Nya, “Quo vadis, Domine?” — “Ke mana Engkau pergi, Tuhan?” Dan Tuhan menjawab dia: “Aku pergi ke Roma untuk disalibkan kembali.” Petrus yang mendengar jawaban itu kembali ke Roma dan tinggal di sini sampai hari penyalibannya.

Masa kita ini memanggil kita, mendesak kita, mengharuskan kita memandang Tuhan dan menenggelamkan diri kita dalam kerendahan hati dan meditasi mendalam tentang misteri kekuasaan Kristus yang besar.

Dia yang dilahirkan oleh Perawan Maria, anak tukang kayu (dan Dia sendiri adalah tukang kayu), Anak Allah yang hidup (sebagaimana pengakuan Petrus), datang dan menjadikan kita semua “kerajaan para imam”.

Konsili Vatikan II mengingatkan kita akan misteri kekuasaan Allah ini dan kenyataan bahwa misi Kristus sebagai Imam, Nabi-Guru dan Raja diteruskan di dalam Gereja. Setiap orang, seluruh umat Allah, ikut serta dalam ketiga misi ini. Barangkali pada masa lalu tiara, mahkota tiga tingkat, dipakai oleh Paus untuk menunjukkan tanda yang menjadi rencana Tuhan bagi Gereja-Nya, yakni seluruh tingkatan hirarki Gereja Kristus, seluruh “kekuasaan suci” dijalankan dalam gereja, adalah untuk melayani, melayani dengan satu tujuan: menegaskan bahwa seluruh Umat Allah ikut serta dalam ketiga misi Kristus dan selalu berada di bawah kekuasaan Tuhan; kekuasaan yang bersumber bukan dari dunia ini, melainkan dalam misteri Salib dan Kebangkitan.

Kekuasaan Tuhan yang absolut, namun sekaligus juga lembut, menjawab kerinduan terdalam manusia, dari keluhuran aspirasi intelektual, kehendak, dan hatinya. Dia tidak berbicara dengan bahasa kekerasan, tetapi menyatakan dirinya dalam cinta dan kebenaran.

Pengganti Petrus dalam tahta di Roma hari ini berdoa dengan sungguh-sungguh, dengan rendah hati dan penuh penyerahan: Kristus, buatlah aku untuk selalu menjadi hamba dari kekuasaan-Mu yang istimewa, hamba dari kekuasaan-Mu yang manis, hamba dari kekuasaan-Mu yang tidak mengenal senja. Jadikanlah aku hamba: ya, hamba dari para hamba-Mu.

Saudara-saudari, jangan taku mengundang Kristus dan menerima kekuasaan-Nya. Bantulah Paus dan semua orang yang ingin melayani Kristus dan bersama kekuasaan Kristus melayani setiap orang dan seluruh manusia.

Jangan takut. Bukalah, aku katakan, bukalah pintu lebar-lebar bagi Kristus. Terhadap kuasa penyelamatan-Nya bukalah batasan-batasan negara, ekonomi dan sistem politik, ladang kebudayaan yang luas, peradaban dan perkembangan. Jangan takut. kristus tahu “apa yang ada dalam seorang manusia”. Dia mengtahuinya.

Sekarang ini sering terjadi bahwa manusia tidak tahu apa yang ada di dalam dirinya, di dalam hatinya yang terdalam. Sering dia tidak yakin akan makna hidupnya di dunia ini. Dia diserang oleh keraguan, keraguan yang kemudian berubah menjadi putus asa. Karena itu kami meminta padamu, kami mohon dengan rendah hati dan penuh kepercayaan, biarkanlah Kristus berbicara kepada manusia. Dia sendiri yang memiliki sabda kehidupan, yakni kehidupan kekal.
* * *
Diambil dari homily Paus Yohanes Paulus II pada Misa pengukuhan pelayanannya sebagai "gembala universal" Gereja, teks di atas akan dijadikan sebagai bacaan untuk Ibadat Bacaan pada hari peringatan Beato Yohanes Paulus II.

Bukannya kebetulah bahwa tanggal 22 Oktober pada waktu teks ini disampaikan, tanggal yang sama ini juga merupakan hari peringatan liturgis dari Paus Polandia ini.

Sesuai dengan penghormatan tradisional dari beato-beata yang dirayakan terbatas pada tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan kehidupan mereka, pesta ini sudah dimasukkan ke dalam kalender Keuskupan Roma dan seluruh Gereja di Polandia. Berikutnya, Tahta Suci juga memberikan indikasi bahwa yurisidiksi (keuskupan) lain dapat memohonkannya untuk dimasukkan ke dalam peringatan fakultatif dalam kalendernya. ...

Di atas segalanya, seluruh Gereja merayakan pesta ini.

11 April 2011

Minggu Kelima Prapaskah Tahun A




Bacaan dari:

Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku!’ (Mzm 129:1-2) Dalam Minggu Kelima Prapaskah ini Gereja mengundang kita untuk mengarahkan perhatian kita kepada kenyataan yang barangkali paling ‘menyakitkan’ dalam pengalaman manusia, yakni kematian dari orang yang dikasihi. Dalam kutipan Injil yang baru kita dengar tadi, kita melihat semua orang ikut bersedih dengan Marta dan Maria pada kematian Lazarus.

Injil menampilkan kepada kita kesedihan yang belum pernah terjadi. Tuhan Yesus menerima kabar dari saudari-saudari Lazarus, yang karena keadaan yang gawat, mencari Yesus yang dikatakan: ‘Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata’ (Mrk 7:37). Inilah teriakan setiap orang yang ingin agar orang-orang yang dikasihinya hidup selamanya dan tidak meninggalkan kita.

Entah mengapa Tuhan Yesus masih menunggu dua hari lagi sebelum datang ke rumah Lazarus. Bahkan kemudian dia pergi bersama para murid-Nya setelah dia mengetahui kematian sahabat-Nya. Catatan dari Injil ini mau mengatakan kepada kita bahwa Sabda Allah menjadi Manusia karena Dia mencintai kita semua. Juga bahwa cinta-Nya selalu dicurahkan kepada kita dan menantikan perjumpaan yang penuh kebahagiaan yang akan terjadi dalam keabadian.

Menjelang tibanya Yesus di Betania dapat dilihat adanya perkembangan baru dalam peristiwa itu. Pertama Maria, kemudian saudarinya Marta, dan dibelakang mereka semua orang Yahudi yang mengikuti mereka, datang kepada Yesus dengan keyakinan bahwa hanya Yesus yang akan mampu menghibur kesedihan mereka. Mereka bukan orang yang tak beragama yang mencari Yesus untuk mendapatkan jalan keluar. Mereka sungguh beriman seperti orang Israel lainnya dalam menantikan Kebangkitan, dan karena itu peristiwa datangnya mereka kepada Yesus bukannya tidak bisa dijelaskan sama sekali. Marta bahkan berkata kepada Tuhan, ‘Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman’ (Yoh 11:24). Apa pun itu, ada kesadaran bahwa menjalin hubungan dengan Tuhan seluruh kemanusiaan atau teriakan kesedihan mereka tidak akan sia-sia. Sebelumnya, penghiburan mereka hanya berasal dari iman eskatologis saat itu.

Dalam tanda terakhir yang dikerjakan Tuhan sebelum memasuki Yerusalem dengan menang, segala sesuatu kelihatannya mengalir menuju kepada ‘kenyataan baru’ yang ditandai dengan Imanuel, Allah beserta kita. Yesus ikut serta dalam kemanusiaan kita; Ia mencintai kita dengan cinta yang sangat besar, dengan cinta murni yang tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, namun mengasihi dalam kebenaran yang teguh sampai mengorbankan diri-Nya kepada kita. Dalam cinta tak terbatas kepada semua orang ini, Yesus bisa terharu akan orang-orang yang dekat dengan-Nya karena ikatan persahabatan dalam pemahaman bahwa Allah hadir di antara mereka. ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia (Yoh 11:25-27).

Kristus kemudian membuat mukjizat dengan menghidupkan kembali Lazarus. Melalui karya Bapa, Dia mengumumkan bahwa dirinya sendiri, yang merupakan Allah yang menjadi manusia, adalah Kebangkitan dan Hidup. Dia juga adalah Tuhan atas kehidupan biologi. Sebagaimana dengan Lazarus, suara-Nya bisa didengarkan orang yang telah meninggal empat hari di mana yang tubuh mulai rusak. Berhadapan dengan tanda ini, kata-kata yang diucapkan sebelum Kebangkitan-Nya menjadi jelas: ‘Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali’ (Yoh 10:17). Dia sungguh-sungguh bisa ‘menerima kembali hidup-Nya’ karena Dia adalah Sabda Kehidupan. Jika kebangkitan Lazarus tidak bisa menghentikan kembali sahabat Tuhan memeluk ‘saudari kematian’ (seperti dikatakan St. Fransiskus) sewaktu Allah memanggil dia kembali dari kehidupan ini, maka lebih besar lagi Kehidupan yang Tuhan berikan kepada Lazarus dan kita semua dalam Misteri Paskah yang kita persiapkan untuk beberapa hari lagi ini.

Inilah iman Marta dan Maria, sewaktu dihadapkan kepada kematian Lazarus yang membuktikan mukjizat luar biasa yang dikerjakan Kristus. Ini bukan kisah penghiburang yang dikisahkan dalam Injil, melainkan nyata juga saat ini pada waktu hari pembaptisan kita sampai pada saat kita disatukan dengan Dia oleh Roh yang diberikan-Nya kepada kita. ‘Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’ (Rom 8:11).

Bunda Maria tersuci, bunda dari Yang Bangkit, berilah kami rahmat memandang ke depan dan tinggal dalam terang kenyataan istimewa ini - yakni janji Kristus yang bangkit. Amin.

03 April 2011

PERAYAAN 80 TAHUN CDD

Pada tanggal 31 Maret 2011, Kongregasi Murid-murid Tuhan merayakan pesta berdirinya kongregasi yang ke 80 tahun. Para frater CDD merayakan misa pada pagi harinya dipimpin oleh P. Yuki Hartandi, CDD. Setelah misa dilanjutkan dengan makan pagi bersama diiringi lagu selamat ulang tahun. Wajah ceria nampak di semua frater dan Pastor Yuki. Sayang Pastor Agus tidak berada di tempat karena harus menjalankan tugas ke Taiwan. Pada waktu makan pagi beberapa frater sempat berdiskusi tentang kegiatan hari ini. Kemudian ada usulan untuk rekreasi bersama ke Cangar untuk berendam air panas. Wajah paling ceria ditampakkan Fr. Jensi ketika mendengar usulan pergi ke Cangar, karena Fr. Satu ini hidupnya tidak pernah lepas dari air….:)

Setelah melakukan semua pekerjaan (ada yang mengajar, membersihkan rumah, dsb) dan makan siang, para frater dengan semangat 45 berangkat menuju rumah novisiat Batu dimana di sana telah menunggu Pastor Yuki. Tanpa berlama-lama, kami segera berangkat menuju Cangar. Sesampainya di Cangar ada kejutan dimana kami bertemu dengan para frater novis Carmel yang baru saja menyelesaikan program pemibinaan di Cangar selama 2 minggu. Setelah say hello tanpa ba…bi… bu kami langsung berendam ke kolam air panas… ahhhhhhhhhhh enaaakkkkkkk… Kontestan terlama berendam di air panas dimenangkan oleh Pastor Yuki yakni berendam selama kurang lebih satu jam (itupun karena kolam pemandiannya mau tutup hehehe).

Setelah berendam kami langsung menuju ke rumah novisiat Batu lagi dan melakukan adorasi. Adorasi dipimpin oleh Pastor Provinsial: P. Lodewyick Tshie. Setelah adorasi langsung kami makan bersama di depot Flamboyan yang berjarak sekitar 500 m dari biara Batu. Setelah makan kenyang para frater skolastik turun ke Malang dan sampai di Malang sekitar pukul 9.20 PM.

“Oh alangkah bahagianya. Hidup di dalam semangat persaudaraan.”