Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

31 May 2011

Prosesi Patung Bunda Maria di Lingkungan St. Christophorus Blimbing - Malang


Sangat Meriah,
Prosesi Patung Bunda Maria di Lingkungan St Christophorus


LUAR biasa ......! Hebat dan mengagumkan .....! Inilah kata-kata yang rasanya pas dan tepat untuk menggambarkan suasana serta semangat antusiasme warga Lingkungan St Christophorus saat menerima Patung Bunda Maria dari Lingkungan St Benedictus tanggal 16 Mei 2011. Hujan di waktu siang dan sore itu bukanlah halangan, meskipun sebagian warga menunjukkan mimik cemas pada wajahnya. Keadaan seperti ini sangat manusiawi, karena sebagian warga mengenakan pakaian tradisional paling bagus yang dimilikinya. Bahkan beberapa ibu dan mudika juga berdandan ke salon. Hampir semua bapak-bapak berpakaian parlente, umumnya berkemeja batik dengan kombinasi celana yang serasai dan anggun. Bisa dibayangkan, jika hujan tidak berhenti dan harus menerima derasnya guyuran air dari langit ... aduuuh ...... riasan wajah ibu-ibu akan meleleh dan pakaian basah kuyup...! Rambut akan nglemprek berseliweran dan mungkin disertai tubuh menggigil kedinginan. Wajah yang rupawan akan menjadi lusuh dan kuyu ..... bisa lebih jelek dibanding wajah Yesus saat dicerca, dihina, dan didera ketika memikul salib menuju Bukit Kalvari ....!
Demikianlah kiranya fantasi-liar yang melambung dan mengembara di atas kepala sebagian warga saat itu. Namun terlihat hampir semua bibir mereka sering berkomat-kamit dengan kepala yang terkadang tunduk-tengadah ke tanah dan langit. Sikap itu menunjukkan orang yang sedang mendaraskan doa dengan serius-khidmat meskipun suara keributan anak-anak terkadang cukup meradang. Namun kemauan sangat kuat untuk bisa menggapai rahmat Tuhan demi kebaikan umat-Nya dalam menghadapi suasana, tidak terusik oleh berbagai gangguan yang muncul di sekitarnya ......
            Syukur kepada Tuhan ..... Menjelang jam 19.00 hanya gerimis rintik-rintik yang tersisa menitik-nitik ke bumi, dan akhirnya berhenti sama sekali. Awan pun mulai tersibak, dan langit biru sayup-sayup mengintip bumi. Angin malam yang lembut terkadang menyapu dengan bisikan lagu ria, dan pelan-pelan di langit pun nampak bulan pascapurnama memancarkan cahayanya. Seperti terhipnotis keramahan alam yang sangat mempesona itu, hampir semua wajah warga jadi sumringah-gembira diselingi canda-bahagia dalam menyongsong kehadiran Patung Bunda Maria ......
* * *
            DAN akhirnya ...... dari arah utara - wilayah Lingkungan St Benediktus - mulai nampak kerlap-kerlip nyala lilin di antara para ibu dan bapak yang bebaju putih-putih dengan seorang ibu membawa rangkaian bunga yang indah .... Di belakangnya ... berdiri tegak-anggun Patung Bunda Maria yang sangat cantik mempesona ..... Rombongan prosesi terus berjalan pelan-pelan sambil berdoa ... akhirnya sampai ke depan rumah Simpang Borobudur 33 – berhadapan dengan rombongan warga St Christophorus yang siap menerima rombongan tamu dan Patung Bunda Maria ....
            Upacara serah-terima pun dilangsungkan, singkat namun khidmat .... Sungguh semarak baju putih-putih para tamu bertemu dengan baju merah-jambu tuan rumah dan batik beraneka corak-warna yang mengiringinya. Tampaklah suatu keharmonisan yang menyemarakkan kehidupan bersama dalam pelukan cinta-kasih .....
Keheningan memuncak ketika Ketua Lingkungan St Christophorus – V Ninik Mulyani – dengan santun memberi hormat kepada Bunda Maria, lalu mengalungkan untaian bunga melati ke leher Patung Bunda Maria. ..... Keharuan dan damai-sejahtera merebak dalam hati setiap hadirin yang menghayatinya ........ Maria Bunda Tuhan Yesus,  Bunda kami dan Bunda segala bangsa, sangat layak menerima penghormatan yang tinggi dan tulus dari putra-putri yang mengaguminya ........

            Kami menghormati Patung Bunda Maria, namun mata iman kami menembus pdran sentral Maria dan Yesus dalam karya agung penebusan untuk menyelamatkan umat manusia.      
Selanjutnya ...., dengan ditandu dua pasang suami-istri warga St Christophorus, Dwiyanto/Wiwik dan Noertjahyo/Endang TM, Patung Bunda Maria diarak masuk menuju ke tempat pentahtaan yang telah dipersiapkan, diringi mengalunnya lagu Ave Maria yang dilantunkan oleh Sdri V Ninik Mulyani, Ketua Lingkungan St Christophorus. Sungguh semarak, anggun dan penuh damai-sejahtera ...
            Setelah acara pentahtaan Patung Bunda Maria selesai, umat kedua lingkungan di atas dengan khidmat melakukan berbagai pujian dan doa Rosario bersama-sama, ditutup  dengan pemberian berkat oleh Rm Marianus CDD.
            Upacara serah-terima pun selesai, dilanjutkan dengan makan malam bersama. Uniknya, hidangan malam itu selain disajikan oleh Pengurus Lingkungan St Christophorus, juga berupa sumbangan-partisipasi secara sukarela dari sekian banyak warga St Christophorus yang mengambil bagian dalam acara ini.
            Malam itu sebagian umat khusuk berdoa di hadapan Patung Bunda Maria untuk mengucap syukur atas semua rahmat yang diterima, dan berbagai doa pribadi masing-masing warga yang mengikutinya. Secara resmi tempat pentahtaan baru ditutup pada pukul 24.00 WIB.
* * *
SUASANA selama pentahtaan Patung Bunda Maria di rumah Keluarga Laurentius Dwiyanto Sani, Simpang Borobudur 33 Malang, juga sangat anggun dan menawan. Selama 16-18 Mei 2011 beberapa umat sesuai dengan keinginannya berdoa di hadapan Bunda Maria, serta doa Rosario berjamaah pada malam harinya. 
Saat akan melaksanakan prosesi serta menyerahkan Patung Bunda Maria kepada Lingkungan St Andreas – tanggal 18 Mei 2011 - banyak warga yang sibuk menyiapkan diri serta mengatur berbagai perlengkapan untuk keperluan bersama. Termasuk anak-anak asuhan Ibu Clara yang menyiapkan pakaian tradisional serta perlengkapan lentera dan lain-lain. Sebagian ibu-ibu dan mudika juga tak segan-segan merogoh kocek untuk menghias diri di salon.
Namun, terjadi lagi kegamangan dan kekhawatiran karena siang itu hujan deras mengguyur kawasan Borobudur, bahkan mungkin di seluruh Kota Malang dan daerah lain. Sampai sekitar pukul 17.00 WIB gerimis masih terus merintik-rintik, bahkan selalu naik-turun intensitasnya. Sampai jam 18.00 – saat warga calon peserta prosesi diminta berkumpul, hujan gerimis belum mereda. Pengurus pun sibuk menggalang dialog dan perbincangan bagaimana sebaiknya, sebab sesuai jadwal pada pukul 18.30 prosesi akan dimulai. Romo Agustinus Lie rupanya menangkap kegelisahan itu, karenanya beliau langsung mengajak umat untuk berdoa, memohon Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita sehingga prosesi dapat berjalan sebaik-baiknya. Seluruh hadirin mengikuti doa dengan khidmat dan khusuk ..... Sungguh mengagumkan ....., sejenak kemudian gerimis mulai mengecil .... mengecil ... dan akhirnya berhenti ... Puji Tuhan ........
Prosesi lalu diberangkatkan sekitar pukul 19.00 dengan perubahan rute untuk mengejar waktu serah-terima. Semula rute yang direncanakan adalah: Simpang Borobudur – Taman Borobudur Utara – Taman Borobudur Selatan – Taman Borobudur – Taman Borobudur Kencana  – belok ke Taman Borobudur Kencana I – masuk Taman Borobudur Selatan, belok ke kiri ke Taman Borobudur lagi, lalu kembali ke Taman Borobudur Utara – Simpang Borobudur – dan masuk ke Kolese Santo Yusup (Kosayu).
Setelah diubah menjadi lebih pendek, rute perjalanan prosesi adalah: Simpang Borobudur – Taman Borobudur Utara – Taman Borobudur Selatan – langsung belok kanan ke Taman Borobudur, kembali masuk ke Taman Borobudur Utara – Simpang Borobudur – dan masuk ke Kolese Santo Jusup (Kosayu).
Kosayu sebenarnya masih masuk wilayah Lingkungan St Christophorus, namun sikon di wilayah Lingkungan St Andreas (menurut Pengurusnya), kurang kondusif untuk melaksanakan serah-terima Patung Bunda Maria. Karena itu mereka ”meminjam” aula Kosayu untuk acara tersebut, baru kemudian membawa Patung Bunda Maria ke wilayah Lingkungan St Andreas.
Saat prosesi berlangsung, jalanan memang becek meskipun gerimis sudah berhenti. Peserta prosesi tidak segan-segan melangkah dalam kebecekan dengan sepatu/sandal mengkilat. Juga tak peduli ujung kain panjang/celana basah karena air hujan yang kotor. Pikiran mereka hanya mengabdi dan berbakti kepada Bunda Maria, Bunda Tuhan Yesus Kristus dan Bunda segala bangsa...! Bahkan kegembiraan menyembul ketika menjelang masuk ke komplek Kosayu nampak bulan pascapurnama tersenyum di balik awan tipis yang sedikit menyelimutinya ...... Terasa dalam hati kita bahwa Tuhan berkenan terhadap prosesi yang kami selenggarakan. Sukur kepada Allah ...
Sebagian kami malahan yakin – berhentinya hujan gerimis yang kemudian disusul munculnya bulan pascapurnama, baik saat kami menerima Patung Bunda Maria maupun saat pelaksanaan prosesi – merupakan suatu keajaiban! Bahkan di antara kami ada yang menyebut sebagai suatu mujijat....!  
Apa pun namanya ...., hanya Tuhan lah yang Mahatahu, dan kita mensyukurinya dengan sepenuh hati .......
Akhirnya, serah-terima Patung Bunda Maria kepada warga Lingkungan St Andreas dilaksanakan dengan lancar dan khidmat.
            Pengurus dan Warga Lingkungan St Christophorus lega, bangga dan sangat mensyukuri atas anugerah Tuhan atas terlaksananya  prosesi Patung Bunda Maria secara lancar dan khidmat di lingkungan kami. Terima kasih atas keterlibatan para warga, para Frater CDD, Romo Marianus CDD, serta Romo Agustinus Lie CDD dalam kegiatan tersebut.
Semoga prosesi selanjutnya, serta prosesi dua Patung Bunda Maria lain yang dilakukan kelompok tersendiri, berjalan secara lancar dan baik, sampai akhirnya ketiga Patung Bunda Maria tiba kembali di Gereja St Albertus de Trapani Blimbing, Kota Malang, di penghujung bulan Mei ini.


Tuhan memberkati kita semua. Amin. (J.A NOERTJAHYO, 22 Mei 2011).

***

Catatan:
Upacara serah-terima Patung Bunda Maria dari Lingkungan St Benedictus kepada  Lingkungan St Christophorus diliput oleh ”MALANG TV”, disiarkan dalam acara ”LINTAS BERITA” tanggal 17 Mei 2011 jam 15.00 dan 18.00, 18 Mei 2011 jam 07.00.
Prosesi di Lingkungan St Christophorus juga diliput ”MALANG TV”, beritanya disiarkan dalam “LINTAS BERITA” tgl. 19 Mei 2011 jam 15.00 dan 18.00, serta tgl. 20 Mei 2011 jam 07.00 WIB.
Terima kasih ”MALANG TV”, Tuhan memberkati ......

* * *

04 May 2011

Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II

Dikutip dari http://wartajohnberd.wordpress.com/2011/05/01/beatifikasi-paus-yohanes-paulus-ii/

Tepat di hari raya Kerahiman Ilahi, pada hari Minggu kedua setelah Paskah, 1 Mei 2011, almarhum Yohanes Paulus II yang mempunyai nama asli Karol Józef Wojtyła akan mendapatkan pengakuan umat Katolik, sebagai “Beato”.   Proses beatifikasi diiringi misa di pelataran Basilika Santo Petrus, Vatican, yang dipimpin Bapa Suci Benediktus XVI-pemimpin tertinggi umat Katolik.  Pengakuan sebagai “Beato”, ini adalah akhir dari pergulatan gereja Katolik, yang tiada ada hentinya mengulik segudang dokumen, mendengarkan banyak kesaksian, mencermati jejak rekam 27 tahun masa kepausan, dan menyelisik perjalanan hidup Yohanes Paulus II.   Semasa menjadi Paus (1978 – 2005) saja, tak sedikit cerita yang dihadirkan seorang Yohanes Paulus II yang berasal dari Polandia itu.

Sebagai tokoh universal, ia kerap menyuarakan perdamaian.  Bahkan, ia pun tak ragu untuk mengecam invasi militer Amerika Serikat dengan sekutunya ke Irak, tahun 2003, demi suatu kedamaian hidup.  Sementara sebagai penggeliat gereja Katolik di abad 20, Yohanes Paulus II adalah Paus yang tak mau terkungkung dengan norma Kanonik.  Sehingga ketika Bunda Teresa di Kalkuta -kemudian menjadi ibunda bagi kaum papa di banyak daerah-  meninggal dunia pada tahun 1997, Yohanes Paulus II  lah yang mendorong gereja Katolik untuk memberikan pengakuan “Beata” pada Bunda Teresa pada tahun 2003.
Tapi, perang Irak dan beatifikasi Bunda Teresa hanyalah sepenggal dari cerita panjang sejarah hidup seorang Yohanes Paulus II, yang meninggal pada 2 April 2005, di saat usinya memasuki 85 tahun.  Yohanes Paulus II sangat dihormati, karena kesederhanaannya dan ketulusan kasih yang ditunjukkannya, sehingga melalui dia, orang dapat mengalami kasih Kristus. 
Yohanes Paulus II adalah seorang pendoa dan mystic, sehingga Kristus dapat bertindak melalui dia dan menyatakan kasih-Nya. Yohanes Paulus II sangat menghormati setiap orang dan menuntut agar hak dasar terhadap kemerdekaan suara hati dihormati, demikian juga hak untuk hidup, mulai dari saat konsepsi sampai kematian yang wajar.  Paus tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain dan memperlakukan orang lain dengan kebencian. Pada saat yang sama, ia mewartakan Kebenaran Wahyu tanpa takut….dengan keberanian besar, ia mewartakan kebenaran- kebenaran Iman, walau itu tidak nyaman/populer di telinga para pendengarnya.  Ia berjalan menerjang arus, tanpa kompromi, dan tanpa menjadikan kebenaran-kebenaran Tuhan sebagai sesuatu yang relatif.
Proses beatifikasi harus melihat cerita utuh tentang Yohanes Paulus II, yang justru dibuktikan setelah dirinya tiada. Tak hanya itu. Dalam proses beatifikasi, Yohanes Paulus II pun harus terbukti berupa mukjizat sebagai orang yang dianggap kudus, sudah berada di surga dan dapat mendoakan orang lain. Bukti mukjizat itu adalah:
1. Pada tahun 2000, Kardinal Marchisano -pembantu Paus Yohanes Paulus II, sekaligus rektor Basilika St. Petrus- mengalami kesalahan operasi arteri pada lehernya, sehingga pita suara kanannya menjadi rusak, yang mengakibatkannya sulit berbicara, suaranya tidak terdengar dan bahkan tak dapat dimengerti.  Saat Paus Yohanes Paulus II berkunjung, meletakkan tangannya pada tenggorokan Kardinal Marchisano, lalu berdoa dan berkata, “Jangan takut, lihatlah, Tuhan akan memberikan suaramu itu kembali kepadamu”,  seketika itu juga Kardinal Marchisano sembuh total.
2. Di Toronto, Kanada, pada tahun 1982, lahirlah Victoria Szechinskis dengan tumor mematikan di dadanya. Kemudian, pada tahun 1985, Danuta –ibunda Victoria, membawa Victoria untuk menemui Paus Yohanes Paulus II, di Roma, agar didoakan.  Bapa Paus sempat menggendong Victoria, sambil berkata kepada ibunya, “Berdoalah dan percayalah kepada Tuhan. Jika Tuhan memutuskan agar Victoria harus kembali kepada-Nya, Ia akan mengambil Victoria bagi-Nya. Jika Ia menghendaki Victoria untuk tetap bersamamu, itu yang akan terjadi. Perlakukanlah Victoria sama seperti engkau memperlakukan anak-anakmu yang lain. Itulah yang dikehendaki Tuhan.” Sekembalinya ke Kanada, Victoria merasakan sakit yang sangat, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Karena memperkirakan akan meninggal, keluarga akhirnya membawa Victoria pulang ke rumah. Sampai di rumah, mukjizat pun terjadi.  Kondisi Victoria justru membaik.  Dan hasil sejumlah test menunjukkan, bahwa tumor di tubuh Victoria lenyap.  Sampai melewati umur 20 tahun, ternyata Victoria tumbuh normal, sehat, senang berolah-raga dan mendaki gunung.
3. Pada Oktober 1984, di Puerto Rico, Paus Yohanes Paulus II meletakkan tangannya di atas kepala seorang anak perempuan yang buta. Sekembalinya ke rumah, anak itu dapat melihat.
4. Pada 14 Maret 1979, saat audiensi umum di Liverpool, Inggris, Paus Yohanes Paulus II mencium Kay Kelly, seorang penderita kanker.  Beberapa bulan kemudian kanker dari tubuh Kay, hilang.
5. Pada November 1980, terjadi gempa di Italia yang membuat Emilio Cocconi, 16 tahun, terkubur hidup-hidup. Walau selamat, kaki kiri Emilio tidak dapat berfungsi. Paus pun mengunjungi daerah itu dan menghibur para korban, termasuk Emilio. Empat tahun kemudian, saat audiensi di Roma, Emilio kembali bertemu Paus. Ketika itu, Paus memberkatinya, dan berkata, “Tuhan yang Mahabaik akan menolongmu.”  Ternyata, 4 minggu kemudian, anak muda itu sembuh.
6. Pada tahun 1981, saat mengunjungi Manila, Filipina, Paus berdoa dan meletakkan tangannya di seorang biarawati, Madre Vangie, 51 tahun yang tubuhnya cacat dan harus bergantung kepada kursi roda. Beberapa menit kemudian, suster itu dapat berdiri tegak, sembuh sepenuhnya, dan meninggalkan kursi rodanya.
7. Pada Januari 1980, di Castel Gondolfo, Paus bertemu dengan Stefani Mosca, seorang anak perempuan berumur 10 tahun yang cacat tubuh.  Paus menghibur dan menciumnya. Beberapa waktu kemudian ia sembuh.
8. Pada tahun 1990, Paus Yohanes Paulus II memberkati dan mencium Helano Mireles, seorang bocah Meksiko berusia 4 tahun, yang menderita leukemia. Penyakitnya hilang seketika setelah Paus memberkatinya. Hal ini disaksikan oleh Kardinal Javier Lozano Berragan, yang kemudian memberikan kesaksian atas mujizat kesembuhan ini.
Walau demikian, semarak beatifikasi Yohanes Paulus II tak menyurutkan gereja Katolik untuk tetap menjaga kesederhanaan, sekaligus kesucian sosok Yohanes Paulus II.  Saat beatifkasi, peti mati Yohanes Paulus II hanya dipindahkan ke bawah gua Basilika Santo Petrus, tanpa harus dibuka.  Artinya, tidak akan ada proses exhumasi (penggalian). Jenasah Yohanes Paulus II  pun “tidak akan ditampakkan, dan akan di selungkup di dalam makam yang ditutup oleh batu marmer sederhana dengan tulisan: Beatus Ioannes Paulus  II”.


(Sumber: culturadivita.info/blog, berbagai sumber, http://www.vatican.va/phome_en.htm, http://katolisitas.org/2011/03/01/beatifikasi-paus-yohanes-paulus-ii, http://www.pondokrenungan.com,  Sala Stampa Vaticana, VIS, Il Giornale edisi 14 Januari 2011)

02 May 2011

Teks Liturgi Beatifikasi Yohanes Paulus II

Seluruh program beatifikasi Yohanes Paulus II pada tanggal 1 Mei 2011 sudah disusun di buku perayaan ini dalam bentuk pdf.

Renungan dalam Ibadat Bacaan Pada Peringatan Paus Yohanes Paulus II

Diterjemahkan dari whisperintheloggioa.blogspot.com/2011/04/quote-of-day.html

Kutipan Harian


Petrus pergi ke Roma! Kalau bukan ketaatan pada Tuhan yang membawa Petrus ke kota ini, ke pusat Kekaisaran, apalagi yang bisa membawa Petrus ke sana? Barangkali si nelayan di Galilea tidak akan mau datang ke tempat ini. Barangkali dia lebih suka tinggal di sana, di pantai Danau Genesaret, berurusan dengan perahu dan jala ikan. Namun karena dipimpin oleh Tuhan, taat pada kehendak-Nya, dia datang ke sini!

Menurut tradisi dulu, Petrus mencoba meninggalkan Roma pada masa pembantaian Nero. Namun Tuhan berperan di sini dan menemui dia. Petrus bertanya kepada-Nya, “Quo vadis, Domine?” — “Ke mana Engkau pergi, Tuhan?” Dan Tuhan menjawab dia: “Aku pergi ke Roma untuk disalibkan kembali.” Petrus yang mendengar jawaban itu kembali ke Roma dan tinggal di sini sampai hari penyalibannya.

Masa kita ini memanggil kita, mendesak kita, mengharuskan kita memandang Tuhan dan menenggelamkan diri kita dalam kerendahan hati dan meditasi mendalam tentang misteri kekuasaan Kristus yang besar.

Dia yang dilahirkan oleh Perawan Maria, anak tukang kayu (dan Dia sendiri adalah tukang kayu), Anak Allah yang hidup (sebagaimana pengakuan Petrus), datang dan menjadikan kita semua “kerajaan para imam”.

Konsili Vatikan II mengingatkan kita akan misteri kekuasaan Allah ini dan kenyataan bahwa misi Kristus sebagai Imam, Nabi-Guru dan Raja diteruskan di dalam Gereja. Setiap orang, seluruh umat Allah, ikut serta dalam ketiga misi ini. Barangkali pada masa lalu tiara, mahkota tiga tingkat, dipakai oleh Paus untuk menunjukkan tanda yang menjadi rencana Tuhan bagi Gereja-Nya, yakni seluruh tingkatan hirarki Gereja Kristus, seluruh “kekuasaan suci” dijalankan dalam gereja, adalah untuk melayani, melayani dengan satu tujuan: menegaskan bahwa seluruh Umat Allah ikut serta dalam ketiga misi Kristus dan selalu berada di bawah kekuasaan Tuhan; kekuasaan yang bersumber bukan dari dunia ini, melainkan dalam misteri Salib dan Kebangkitan.

Kekuasaan Tuhan yang absolut, namun sekaligus juga lembut, menjawab kerinduan terdalam manusia, dari keluhuran aspirasi intelektual, kehendak, dan hatinya. Dia tidak berbicara dengan bahasa kekerasan, tetapi menyatakan dirinya dalam cinta dan kebenaran.

Pengganti Petrus dalam tahta di Roma hari ini berdoa dengan sungguh-sungguh, dengan rendah hati dan penuh penyerahan: Kristus, buatlah aku untuk selalu menjadi hamba dari kekuasaan-Mu yang istimewa, hamba dari kekuasaan-Mu yang manis, hamba dari kekuasaan-Mu yang tidak mengenal senja. Jadikanlah aku hamba: ya, hamba dari para hamba-Mu.

Saudara-saudari, jangan taku mengundang Kristus dan menerima kekuasaan-Nya. Bantulah Paus dan semua orang yang ingin melayani Kristus dan bersama kekuasaan Kristus melayani setiap orang dan seluruh manusia.

Jangan takut. Bukalah, aku katakan, bukalah pintu lebar-lebar bagi Kristus. Terhadap kuasa penyelamatan-Nya bukalah batasan-batasan negara, ekonomi dan sistem politik, ladang kebudayaan yang luas, peradaban dan perkembangan. Jangan takut. kristus tahu “apa yang ada dalam seorang manusia”. Dia mengtahuinya.

Sekarang ini sering terjadi bahwa manusia tidak tahu apa yang ada di dalam dirinya, di dalam hatinya yang terdalam. Sering dia tidak yakin akan makna hidupnya di dunia ini. Dia diserang oleh keraguan, keraguan yang kemudian berubah menjadi putus asa. Karena itu kami meminta padamu, kami mohon dengan rendah hati dan penuh kepercayaan, biarkanlah Kristus berbicara kepada manusia. Dia sendiri yang memiliki sabda kehidupan, yakni kehidupan kekal.
* * *
Diambil dari homily Paus Yohanes Paulus II pada Misa pengukuhan pelayanannya sebagai "gembala universal" Gereja, teks di atas akan dijadikan sebagai bacaan untuk Ibadat Bacaan pada hari peringatan Beato Yohanes Paulus II.

Bukannya kebetulah bahwa tanggal 22 Oktober pada waktu teks ini disampaikan, tanggal yang sama ini juga merupakan hari peringatan liturgis dari Paus Polandia ini.

Sesuai dengan penghormatan tradisional dari beato-beata yang dirayakan terbatas pada tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan kehidupan mereka, pesta ini sudah dimasukkan ke dalam kalender Keuskupan Roma dan seluruh Gereja di Polandia. Berikutnya, Tahta Suci juga memberikan indikasi bahwa yurisidiksi (keuskupan) lain dapat memohonkannya untuk dimasukkan ke dalam peringatan fakultatif dalam kalendernya. ...

Di atas segalanya, seluruh Gereja merayakan pesta ini.