Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

01 April 2011


Pekan Keempat Prapaskah

Tahun A

Kutipan dari:

Liturgi Gereja pada Minggu Keempat Prapaskah ini mengajak kita untuk menemukan kembali salah satu dorongan terdalam dari pembaptisan kita, yang melahirkan kita kembali melalui pewartaan Injil dalam kisah ‘orang yang buta sejak lahir’. Inilah perjalanan dari kegelapan dosa dan kesalahan menuju kepada Terang Allah, yakni Kristus yang bangkit.
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan Allah telah menunjukkan kepada orang Israel betapa keadilan Sang Pencipta lebih mendalam dan lebih benar dari pemikiran manusia. Kita telah mendengar dalam bacaan pertama ‘Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.’ (1Sam 16:7). Dengan cara ini Tuhan menunjukkan kriteria sejati dalam menilai manusia. Dia juga menunjukkan tempat yang istimewa di mana manusia dapat memandang Allah dan bersatu dengan Dia - di dalam hati. Tentu saja kata ‘hati’ dalam Kitab Suci tidak dimaksudkan sebagai pusat peredaraan darah, tetapi sebagai ‘bait’, suara hatinya di mana dia dapat sungguh-sungguh mendengar dan mengenal suara Allah, agar menikmati Terang : ‘karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran’ (Ef 5:9).
Karena manusia tidak mampu setia kepada kebenaran yang ada dalam dirinya, dia jatuh kembali pada kriterianya sendiri yang terbatas. Kriteria yang demikian menghasilkan kejatahan, ketidakadilan dan kepalsuan, dan dipakai untuk mengukur diri sendiri, untuk memutuskan baik dan buruk, sementara itu juga berharap agar apa yang didapatkannya menguntungkan dirinya dan dengan demikian manusia bertindak ‘seperti Allah’ (Kej 3:5).
Allah tidak pernah menyerah, namun selalu datang mengunjungi setiap orang dengan dua cara yang hari ini diceritakan dalam Injil. Pertama, ‘Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi’ (Yoh 9:6). Allah menciptakan manusia. Dia menyatukan diri-Nya dengan ‘debu tanah’ kita agar manusia tidak perlu melarikan diri dari Dia, tetapi datang dan mengenall Dia melalui perjumpaan dengan Kemanusiaan-Nya yang Suci. Santo Yohanes menulis dalam Prolog Injilnya, ‘Firman menjadi daging, dan tinggal di antara kita’ (Yoh 1:14).
Kedua, kita membaca Injil yang mengatakan, ‘Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus’ (Yoh 9:7a). Kristus yang diutus oleh Bapa mengambil alih semua dosa kita, yang merupakan penyebab kebutaan kita. Kristus membiarkan diri-Nya ditelanjangi, dimahkotai duri, dipaku pada salib, ditolah oleh bangsa-Nya dan ditinggalkan oleh sahabat-sahabat-Nya. Cinta Kristus yang sudah ada sejak semula akan mengalahkan segala ketakutan yang disebabkan oleh keterbatasan kita, karena tidak ada apa pun yang dapat menghalangi Dia mencintai kita. Dari penolakan kita terhadap cinta-Nya sampai pada pembunuhan, Tuhan bekerja secara luar biasa dalam sejarah. Dia senantiasa mempersembahkan Tubuh-Nya kepada Bapa bagi keselamatan kita, dan dengan demikian menyucikan setiap orang orang bagi diri-Nya. Dia telah membawa kita ke dalam Hati-Nya yang Mahakudus, mengobarkan cinta-Nya kepada kita, yang merupakan terang Allah. Dalam Terang Kebangkitan Dia menjadikan kita sebagai ‘ciptaan baru’ (bdk 2 Kor 5:17) dan dalam Injil kita mendengar bahwa ‘dia pergi membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek’ (Yoh 9:7).
Hubungan tak terputus dengan Kristus yang didasarkan pada cinta dan kesetiaan-Nya merupakan ‘ciptaan baru’ yang diberikan kepada kita pada hari pembaptisan kita. Melalui Sakramen Inisiasi Kristen kita semakin dihubungkan dengan Kristus. ‘Ciptaan baru’ ini tidak dapat menghasilkan buah bila tidak mengamini kebebasan kita yang terungkap dan menjadi jelas melalui peristiwa luar biasa yang dikerjakan Kristus dalam hidup kita. Orang buta itu ditanyai oleh dunia tentang bagaimana dia menjadi sembuh, dan dia menjelaskan secara sederhana: ‘Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat’ (Yoh 9:11).
Marilah kita memohon Bunda Maria tersuci membantu kita untuk setia kepada kebenaran, kepada peristiwa hidup kita, menuntun kita untuk hidup sepenuhnya bagi Dia. ‘Bangunlah, hai
kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu’ (Ef 5:14).