Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

11 April 2011

Minggu Kelima Prapaskah Tahun A




Bacaan dari:

Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku!’ (Mzm 129:1-2) Dalam Minggu Kelima Prapaskah ini Gereja mengundang kita untuk mengarahkan perhatian kita kepada kenyataan yang barangkali paling ‘menyakitkan’ dalam pengalaman manusia, yakni kematian dari orang yang dikasihi. Dalam kutipan Injil yang baru kita dengar tadi, kita melihat semua orang ikut bersedih dengan Marta dan Maria pada kematian Lazarus.

Injil menampilkan kepada kita kesedihan yang belum pernah terjadi. Tuhan Yesus menerima kabar dari saudari-saudari Lazarus, yang karena keadaan yang gawat, mencari Yesus yang dikatakan: ‘Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata’ (Mrk 7:37). Inilah teriakan setiap orang yang ingin agar orang-orang yang dikasihinya hidup selamanya dan tidak meninggalkan kita.

Entah mengapa Tuhan Yesus masih menunggu dua hari lagi sebelum datang ke rumah Lazarus. Bahkan kemudian dia pergi bersama para murid-Nya setelah dia mengetahui kematian sahabat-Nya. Catatan dari Injil ini mau mengatakan kepada kita bahwa Sabda Allah menjadi Manusia karena Dia mencintai kita semua. Juga bahwa cinta-Nya selalu dicurahkan kepada kita dan menantikan perjumpaan yang penuh kebahagiaan yang akan terjadi dalam keabadian.

Menjelang tibanya Yesus di Betania dapat dilihat adanya perkembangan baru dalam peristiwa itu. Pertama Maria, kemudian saudarinya Marta, dan dibelakang mereka semua orang Yahudi yang mengikuti mereka, datang kepada Yesus dengan keyakinan bahwa hanya Yesus yang akan mampu menghibur kesedihan mereka. Mereka bukan orang yang tak beragama yang mencari Yesus untuk mendapatkan jalan keluar. Mereka sungguh beriman seperti orang Israel lainnya dalam menantikan Kebangkitan, dan karena itu peristiwa datangnya mereka kepada Yesus bukannya tidak bisa dijelaskan sama sekali. Marta bahkan berkata kepada Tuhan, ‘Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman’ (Yoh 11:24). Apa pun itu, ada kesadaran bahwa menjalin hubungan dengan Tuhan seluruh kemanusiaan atau teriakan kesedihan mereka tidak akan sia-sia. Sebelumnya, penghiburan mereka hanya berasal dari iman eskatologis saat itu.

Dalam tanda terakhir yang dikerjakan Tuhan sebelum memasuki Yerusalem dengan menang, segala sesuatu kelihatannya mengalir menuju kepada ‘kenyataan baru’ yang ditandai dengan Imanuel, Allah beserta kita. Yesus ikut serta dalam kemanusiaan kita; Ia mencintai kita dengan cinta yang sangat besar, dengan cinta murni yang tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, namun mengasihi dalam kebenaran yang teguh sampai mengorbankan diri-Nya kepada kita. Dalam cinta tak terbatas kepada semua orang ini, Yesus bisa terharu akan orang-orang yang dekat dengan-Nya karena ikatan persahabatan dalam pemahaman bahwa Allah hadir di antara mereka. ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia (Yoh 11:25-27).

Kristus kemudian membuat mukjizat dengan menghidupkan kembali Lazarus. Melalui karya Bapa, Dia mengumumkan bahwa dirinya sendiri, yang merupakan Allah yang menjadi manusia, adalah Kebangkitan dan Hidup. Dia juga adalah Tuhan atas kehidupan biologi. Sebagaimana dengan Lazarus, suara-Nya bisa didengarkan orang yang telah meninggal empat hari di mana yang tubuh mulai rusak. Berhadapan dengan tanda ini, kata-kata yang diucapkan sebelum Kebangkitan-Nya menjadi jelas: ‘Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali’ (Yoh 10:17). Dia sungguh-sungguh bisa ‘menerima kembali hidup-Nya’ karena Dia adalah Sabda Kehidupan. Jika kebangkitan Lazarus tidak bisa menghentikan kembali sahabat Tuhan memeluk ‘saudari kematian’ (seperti dikatakan St. Fransiskus) sewaktu Allah memanggil dia kembali dari kehidupan ini, maka lebih besar lagi Kehidupan yang Tuhan berikan kepada Lazarus dan kita semua dalam Misteri Paskah yang kita persiapkan untuk beberapa hari lagi ini.

Inilah iman Marta dan Maria, sewaktu dihadapkan kepada kematian Lazarus yang membuktikan mukjizat luar biasa yang dikerjakan Kristus. Ini bukan kisah penghiburang yang dikisahkan dalam Injil, melainkan nyata juga saat ini pada waktu hari pembaptisan kita sampai pada saat kita disatukan dengan Dia oleh Roh yang diberikan-Nya kepada kita. ‘Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu’ (Rom 8:11).

Bunda Maria tersuci, bunda dari Yang Bangkit, berilah kami rahmat memandang ke depan dan tinggal dalam terang kenyataan istimewa ini - yakni janji Kristus yang bangkit. Amin.