Congregatio Discipulorum Domini

Para anggota Congregatio Discipulorum Domini (Kongregasi Murid-murid Tuhan) menghayati hidupnya sebagai murid dan senantiasa belajar pada Yesus Kristus, sang Guru Agung. Kunjungan kepada Sakramen Mahakudus menjadi ungkapan cinta dan penyerahan diri secara total. Dari sinilah para anggota menimba kekuatan untuk karya kerasulannya sebagai murid yang diutus untuk mempersiapkan orang menyambut Kristus di dalam hidupnya (bdk. Luk 10:1-12).

07 February 2012

MISA IMLEK BERSAMA USKUP PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA Mgr.Albertus Soegijapranata

Paduan suara dewasa yang terdiri dari bapak ibu dari kapel St Yoseph Dwi warna dan OMK (orang muda Katolik) Costantini dari Pusat Pelayanan Umat Katolik Berbahasa Mandarin Keuskupan Agung Jakarta diundang dan ikut memeriahkan pada misa Imlek bersama Uskup pahlawan Nasional Mgr. Albertus Soegijapranata. Misa berlangsung meriah dan sakral. Misa dipersembahkan oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dan didampingi oleh delapan imam lainnya.
Misa dimulai pada pukul 18.00 dengan didahului oleh duet lagu the prayer dan sesudah itu Uskup dan imam memasuki gereja dengan iringan lagu yang dilantunkan oleh Paduan suara dari gereja Mandarin. Misa diselenggarakan di gereja St Yakobus Kelapa Gading. Umat yang menghadiri misa ini terbilang cukup banyak dan antusias.

Misa juga dilaksanakan dalam rangka memperkenalkan film yang sedang digarap oleh pihak gereja untuk memperkenalkan charisma dan keutamaan pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata. Dalam khotbahnya, Uskup Ignatius menekankan pentingnya tahun Naga air yang sedang dirayakan oleh umat Tionghoa. Naga dalam kebudayaan Tionghoa bukanlah binatang jahat tetapi adalah representasi dari keberuntungan. Maka pada tahun air ini, diharapkan umat semakin mencintai dan menghargai ekaristi yang adalah sumber kehidupan dan persatuan umat. Mgr Ignatius menekankan bahwa perayan Imlek ini mau menunjukkan pula betapa gereja menghargai setiap perbedaan dan hal ini ditunjukkan oleh uskup pahlawan nasional Mgr. Albertus Soegijapranata.

Dijamannya, Uskup Soegija terkenal karena keutamaannya yang luar biasa. Salah satu hal yang menonjol adalah perhatian dan dukungannya kepada orang Tionghoa. Pada waktu orang Tionghoa kehilangan pegangan dan bantuan, Mgr Soegija tampil ke depan dan membantu mereka, menjadikan tempatnya sebagai tempat untuk berlindung. 100% Katolik dan 100% Indonesia adalah ungkapan yang terkenal dalam gereja Indonesia. Ungkapan ini diperkenalkan oleh Mgr soegiya yang adalah uskup pertama pribumi di Indonesia.
Siapakah sebenarnya Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ ? Beliau lahir di Soerakarta, Jawa Tengah, 25 November 1896 – meninggal di Steyl, Venlo, Belanda, 22 Juli 1963 pada umur 66 tahun, namanya dieja Sugiyopranoto) adalah Vikaris Apostolik Semarang, yang kemudian menjadi Uskup Agung Semarang. Ia juga merupakan Uskup pribumi Indonesia pertama. Sebagai seorang Pahlawan Nasional RI, berdasarkan SK Presiden RI no 152 tahun 1963 tertanggal 26 Juli 1963, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giritunggal, Semarang.Nama kecilnya adalah Soegija. Soegija lahir di sebuah keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta.

Pada tanggal 15 Agustus 1931 menerima Sakramen Imamat, ditahbiskan oleh Mgr. Schrijnen, Uskup Roermond di kota Maastricht. Namanya ditambah Pranata sehingga menjadi Soegijapranata. Tahun 1933 Soegijapranata kembali ke Indonesia dan mulai bekerja di Paroki Kidulloji, Yogyakarta, selama satu tahun sebagai pastor pembantu. Tahun 1934 ia dipindahkan ke Paroki Bintaran sampai tahun 1940.
Pada 1 Agustus 1940, Mgr. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia, menerima telegram dari Roma yang berbunyi: "from propaganda fide Semarang erected Vicaris stop, Albert Soegijapranata, SJ appointed Vicar Apostolic titular Bishop danaba stop you may concecrete without bulls" dan ditanda tangani oleh Mgr. Montini, yang kelak menjadi Paus Paulus VI. Setelah menerima penyampaian telegram dari Roma melalui Mgr. Willekens, SJ, Vikaris Apostolik Batavia, lalu Soegijapranata pun menjawab: "Thanks to his holiness begs benediction".
Pada 6 November 1940 ia ditahbiskan sebagai Uskup pribumi Indonesia pertama untuk Vikaris Apostolik Semarang oleh Mgr. Willekens, SJ (Vikaris Apostolik Batavia), Mgr. AJE Albers, O.Carm (Vikaris Apostolik Malang) dan Mgr. HM Mekkelholt, SCJ (Vikaris Apostolik Palembang).Pada tahun 1943, bersama Mgr. Willekens, SJ menghadapi penguasa pendudukan pemerintah Jepang dan berhasil mengusahakan agar Rumah Sakit St. Carolus dapat berjalan terus.

Misa kudus yang diselenggarakan di Gereja Kelapa gading menghadrikan pula olga Lydia, artis dan presenter yang ikut menjadi pemain dalam film ini. Maka misa ini selain memperingati Imlek juga bermaksud memperkenalkan film ini kepada umat. Film sejarah dan kepahlawan berjudul "Soegija" mulai diproduksi dengan mangambil lokasi di Gereja Gedangan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat

Film ini mengangkat ketokohan Uskup Mgr Soegijapranata pada era perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1940-1949. Film yang telah direncanakan sekitar tiga tahun lalu oleh Studio Audio Visual Puskat akhirnya diproduksi dengan menggandeng sutradara Garin Nugroho.Film ini menggandeng sejumlah artis dan seniman seperti Nirwan Dewanto, Butet Kertaradjasa dan Olga Lydia.

"Soegija" dengan biaya produksi sekitar 12 miliar ini merupakan film termahal yang pernah dibuat Garin Nugroho. "Ini juga merupakan sebuah film tersulit yang pernah saya buat karena harus menyediakan set pada era 40-50," kata Garin.Garin juga mengungkapkan bahwa film ini menjadi sangat penting karena memberikan pesan yang mendalam tentang sebuah kepemimpinan.

Film dengan penata musik Djaduk Ferianto nantinya tidak berbicara mengenai agama Katolik melainkan lebih banyak tentang pesan universal dan kemanusiaan. Dari film inilah menurut Garin Nugroho bangsa Indonesia akan belajar tentang kemanusiaaan dan multikulturalisme.
Umat Mandarin turut bersuka cita karena dapat menjadi bagian dari gereja Indonesia dalam memperkenalkan ketokohan Mgr soegijapranata. Semoga umat semakin bertumbuh dalam iman akan Kristus dan semakin mencintai Kristus sebagaimana diteladankan oleh Mgr soegija dalam hidup dan pelayanannya. Dalam misa kali ini, Dewan pimpinan gereja Mandarin juga turut hadir untuk memberikan semangat kepada umat yang sedang bertugas.Didik SSS, peniup saxsofon handal mempersembahkan lagu ave maria dengan amat memukau. Sayang sekali Jenny Wahid, putri dari mantan presiden Abdurrahman Wahid yang memungkinkan dirayakannya Imlek di Indonesia terlambat hadir karena kemacetan dan tugas lain. Tetapi Jenny Wahid masih sempat hadir diakhir acara dan sempat berfoto dengan OMK Costantini dan Fr Ignas CDD.

Salam dan doa

FR Ignas Huang CDD